Diduga Mbah Blawu itu, hampir sama dengan bangunan situs Pandegong di Desa Menganto, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang.
“Jadi nanti kami usahakan semaksimal mungkin untuk mengupas, tapi yang jelas di sisi timur ini sudah ada penampakan struktur. Struktur itu membentuk semacam pola naik atau masuk ke arah candinya,” katanya.
Pantauan di lokasi, sudah terdapat 4 titik ekskavasi dengan kedalaman sekira satu meter-an. Terlihat perbedaan susunan dan struktur bata merah tiap galiannya.
Penggalian ini belum bisa ditentukan dasar bangunan. Diduga kedalaman 9 lapis bata akan sampai dasar permukiman bangunan.
“Umumnya, ini kaki dari pondasi candi. Jadi menurut kami, permukaan tanah waktu candi dibuat sudah kita temukan. Itu berdasarkan anomali susunan bata yang keluar, lalu serbuk bata yang mungkin ini merupakan bata perapihan sebelum bangunan disusun. Nanti kita akan kaji lebih dalam,” bebernya.
Disinggung temuan batu bata kuno, Pahadi menduga sudah ada sejak periode era Empu Sindok. Namun dia mengaku masih mencari data pendukung.
“Karena ketebalan bata ini lebih tebal daripada temuan kami sebelumnya. Tapi kami belum bisa menjustifikasi, soalnya masih proses mencari data dukungan. Jadi belum pasti,” paparnya.
Selama 6 hari waktu ekskavasi, pekerja akan mengupas 30 kotak gali dengan ukuran 4 meter-an persegi. Sementara luasnya, disebutkan memakan tanah 120 meter persegi.
“Jadi yang kita ambil mungkin hanya 4 sampai 5 kotak ke selatan, terus yang membujur ke timur dan baratnya kita ambil antara 6 sampai 10 kotak. Tapi posisinya kita tidak buka semua, karena mempertimbangkan efisiensi waktunya,” tuturnya.
Dari sejumlah kotak itu, memiliki struktur berbeda dan tidak rata. Struktur bagian selatan, sudah dilakukan ekskavasi 2 setengah meter-an. Senada ukuran struktur di kotak sebelahnya, memiliki struktur 5 meter an.
