Konsumen Terdampak

Di balik senyum sumringah peternak ayam petelur, pedagang dan pembeli jadi dampaknya, hingga merasa resah. Seperti yang dialami Suryo (48) salah satu pedagang telur di Pasar Legi Jombang.
Kata Suryo, hari-hari ini mengalami sepi pembeli. Hal itu terjadi setelah ia terpaksa harus membanderol harga telur Rp29.500 hingga Rp30 ribu perkilogramnya. Selain sepi pembeli, pelanggannya dirasa jarang sampai membeli telur hingga perkilogram.
“Sekarang sepi Mas, ya sejak awal bulan ini. Jumlah pembeli menurun setiap harinya, sampai pembeli itu rata-rata beli seperempat saja, ada juga setengah kilo, jarang sampai beli satu kilogram,” kata Suryo beranak 2 ini kepada beritabangsa.com.
Dari menurunnya pembeli, membuatnya kini masih belum berani untuk kulakan lagi. Meski begitu, ia berharap pemerintah bisa menstabilkan harga normal jual beli telur tersebut.
“Sekarang ini sepi-sepinya pembeli, bahkan masih banyak pembeli yang masih belum tau kenaikan harga telur saat ini. Jadi setiap mau beli, bertanya sampai ditawar-tawar. Jadi ayolah, harapan kami, pemerintah bisa menstabilkan harga telur ini,” imbuhnya memungkasi.
Selain pedagang, kenaikan harga telur ini juga diresahkan oleh para pembeli. Seperti yang dirasa Mujiati (29) salah seorang pembeli di lapak Suryo ini mengaku, ngeluh dengan harga telur yang terus mengalami kenaikan.
“Resah ya resah, tapi gimana lagi kan ini kebutuhan keluarga di rumah juga. Jadi otomatis mau tidak mau, tetap beli gitu mas. Tapi tadi sempat kaget, padahal sebelumnya saya beli 27, sekarang tambah naik jadi 30 ribu. Harapannya bisa normal lagi gitu saja,” ujar warga Desa Kepatihan, Jombang ini.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.com