Faktor Tak Diketahui

Kenaikan harga telur sudah terjadi sejak medio Juli. Kala itu ia membandrol Rp 24 ribu perkilogram, jadi Rp 26 ribu. Sejak Agustus ini, ia harus menaikkan hingga harga Rp 27.500 perkilogramnya.
Sutrisno belum tahu pasti faktor tingginya harga telur. Perkiraannya akibat dua faktor. Pertama, harga pakan ayam alami kenaikan, kemudian dampak dari mulainya pencairan bantuan program pemerintah yakni BPNT.
“Kalau secara pasti belum tau mas. Kalau menurut saya antara karena waktunya pencairan BPNT itu, dan memang harga pakan ayam yang sejak awal tahun itu hingga sekarang ini, terus mengalami kenaikan. Jadi terpaksa kami harus menaikkan harga telur ini,” katanya.
Bagaimana ke depan ? Sutrisno tidak tahu pasti kondisi harga telur pekan ke depan. Karena tak bisa diprediksi.
“Tidak bisa diukur Mas, kadang naik, besok turun gitu. Ya kalau ke-depannya ini, mungkin masih ya, mungkin akan mengalami penurunan. Tapi tidak tau sampai berapa, soalnya tiap daerah itu beda-beda,” bebernya.
Pihaknya berharap pemerintah bisa menstabilkan harga pakan ayam yang kini masih dinilai tinggi. Sebab ketika harga pakan ayam dinilai stabil, peternak ayam petelur akan menurunkan harga telur tersebut.
“Lah sekarang ini har27ga pakan ayam sampai Rp 375 per saknya atau per 50 kilogram. Sebelumnya Rp 250 an gitulah. Ya kalau harga pakan ayam turun, maka harga telur nanti bisa turun. Ya harapannya kalau pemerintah mau menstabilkan, harga pakan ayam ini dulu,” tandasnya.