Terkini

Selamat Jalan Cak Mukadi, Penari Remo Boletan Jombang

50
×

Selamat Jalan Cak Mukadi, Penari Remo Boletan Jombang

Sebarkan artikel ini

BERITABANGSA.COM-JOMBANG- Cak Mukadi telah pergi. Kepergian penari Remo Boletan ke tempat peristirahatan terakhir ini meninggalkan kenangan manis. Utamanya bagi keluarga di Dusun Punden, Desa Kedungdowo, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, grup ludruk, kru dan penggemarnya.

Seniman kelahiran 1967 di Jombang ini, namanya sangat dikenal dari ujung ke ujung daerah di Jawa Timur. Dia tampil dari panggung ke panggung di berbagai daerah, sebagai Penari Remo Boletan.

Scroll untuk melihat berita

Tari Remo Boletan itu adalah tarian Remo yang ditampilkan seorang penari di awal pertunjukkan ludruk sebelum cerita ludruk dimainkan. Cak Mukadi, adalah The Legend di Tari Remo Boletan.

Wajar jika di rumah duka yang sederhana itu tiada henti tamu bertakziyah. Silih berganti seniman, rekan, dan handai taulan dari kalangan pemain ludruk dan penggemar datang melayat. Mereka berasal dari sejumlah kota, mulai dari Sidoarjo, Mojokerto, dan Surabaya.

Papan bunga ucapan duka cita, memenuhi halaman rumah duka. Semilir angin pagi itu seolah tiada henti membelai para tamu yang mengenang masa indah bersama almarhum semasa hidup.

Sembari saling berbagi cerita, para tamu sesekali mencicipi suguhan aneka hidangan jajan dan kue. Tak ketinggalan minuman kopi, teh dan air mineral.

Cak Mukadi di Mata Keluarga dan Sahabat

Seniman
Kondisi Rumah Duka, Seniman Ludruk Mukadi (Cak Ciprit)

Munaji adalah kakak kandung dari Mukadi. Pria berusia 71 tahun ini menceritakan dengan singkat perjalanan Mukadi di dunia seni tari. Seni tari katanya sudah menjadi kecintaan Cak Mukasi sejak usia dini.

Tidak jelas tahun berapa dimulai, namun Mukadi sudah belajar menari sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD). Tempat belajarnya pun unik. Adiknya belajar tari otodidak di sawah.

Saking senangnya dengan seni tari itu, adiknya sampai rela putus sekolah. Sebaliknya malah tak henti belajar seni dan budaya, tarian Remo.

“Saking inginnya bisa jadi seniman, dia belajar dari pikirannya sendiri,” ujar Munaji, sambil menyeruput kopi.

Di mata keluarga, Munaji mengaku Cak Mukadi dikenal sebagai sosok yang banyak pengalaman, dan gigih berjuang. Almarhum pun dikenal luas, dan sering diundang dari panggung ke panggung.

“Sifat dan sikapnya baik sekali. Teman temannya semua didekati, tidak ada yang dibenci,” beber Munaji.

Mendengar cerita Munaji, sejumlah kru menyerah, lalu mengatakan Cak Mukadi sudah dianggap saudara sendiri.

Mustaqim, pimpinan Ludruk Delta Wijaya, mengaku sudah mengenal Cak Mukadi, 2 tahun lamanya.

Sebagai saudara, Cak Mukadi, selalu nitip pesan kepada Mustaqim, agar semua kru menjaga kerukunan, kekompakan dan tak berhenti melestarikan kesenian ludruk ini.

“Saya kenalnya sejak pandemi. Sebagai pimpinan Ludruk, saya nilai cocok. Dia itu bagus dan punya cara agar Ludruk Delta Wijaya menjadi baik. Di samping itu kalau ngumpul itu sering juga memberi motivasi. Agar semua rekan tetap rukun,” tuturnya, sambil berkaca-kaca.

Sementara itu, Yhoni Sugianto (29), penabuh gendang, asal Desa Ketapang Lor, Kecamatan Kudu, Jombang ini mengaku dekat dengan Cak Mukadi.

Di mata Yhoni, Cak Mukadi seperti sosok bapak yang sering memberi motivasi dan semangat membumikan ludruk di Jawa Timur.

“Seperti keluarga dan bapak sendiri. Dia sering memotivasi agar mengangkat ludruk agar tak tergerus zaman,” ujarnya.

Kini, sosok pemberi semangat telah tiada. Selanjutnya, kini dia harus berfikir, siapa penerus tari Remo Boletan di Jombang ini.

Detik-detik Meninggalnya Cak Mukadi

Penari
Tangkapan layar video yang menampakkan Cak Mukadi saat manggung di Sidoarjo.

Detik-detik, seniman ludruk asal Dusun Punden, Desa Kedungdowo, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, bernama Cak Mukadi meninggal, beredar luas di jagat maya.

Dalam video yang diterima Beritabangsa.com, Cak Mukadi, sedang pentas di atas panggung di daerah Gagang Panjang, Tanggulangin, Sidoarjo. Dalam video berdurasi 1 menit 58 detik ini, tubuh Cak Mukadi, lemas dan terkulai perlahan. Dia sesekali memegangi pinggulnya.

Tepat di menit ke-1 dan detik ke-46, Cak Mukadi terjatuh tertelungkup. Warga pun heboh. Suara alat musik tradisional sontak terhenti. Si perekam video ini sempat berujar, Cak Mukadi pingsan.

>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *