Terkini

Nelayan Puger Hilang Belum Ditemukan, Keluarga Sudah Ikhlas

163
×

Nelayan Puger Hilang Belum Ditemukan, Keluarga Sudah Ikhlas

Sebarkan artikel ini
NELAYAN
Kapal Motor Sinar, yang ditumpangi 6 nelayan Puger yang hilang, ditemukan di Pantai Prigi Trenggalek. (Foto: Basarnas Trenggalek)

BERITABANGSA.ID, JEMBER – Sejak dinyatakan hilang saat melaut di pantai selatan Puger pada 29 Juni 2025, keberadaan 6 nelayan belum juga ditemukan.

Pemerintah telah mengerahkan tim gabungan SAR terdiri dari Basarnas, Polairud Polres Jember, BPBD Jember serta Relawan Kebencanaan untuk melakukan pencarian nelayan tersebut. Bahkan pencarian juga melibatkan seluruh jaringan Basarnas dari beberapa daerah di sepanjang garis pantai selatan.

Selain itu, petugas dari Basarnas Jember juga telah mengumpulkan keluarga korban di Kantor Kecamatan Puger Jember beberapa hari lalu untuk berkoordinasi dua arah.

Wartawan beritabangsa.id belum mendapatkan kabar terbaru, setelah informasi terakhir, perahu yang ditumpangi 6 nelayan yang hilang, KM. Sinar ditemukan di pantai Prigi, Trenggalek Jawa Timur pada 5 Juli lalu.

Kepala BPBD Jember, Indra Tri Purnomo mengatakan saat ini Basarnas melakukan pencarian korban di wilayah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.

“Kabar terakhir, Basarnas melakukan pencarian di daerah Trenggalek dan belum menemukan korban 6 ABK tersebut. Di samping mencari nelayan asal Puger Jember, Basarnas juga mencari para korban penumpang KMP. Tunu Pratama Jaya di wilayah perairan laut Trenggalek,” tulis Indra dalam pesan whatsapp, Rabu 9 Juli 2025.

Sementara itu, keluarga dari salah satu korban, Umi Farida menyampaikan bahwa keluarga telah mengikhlaskan.

“Keluarga sudah ikhlas, namun tetap kami menginginkan pemerintah tetap mengupayakan pencarian,” kata Umi Farida, keponakan Daim, salah satu dari 6 nelayan yang dinyatakan hilang.

Lebih jauh Farida menjelaskan bahwa ditemukannya perahu nelayan yang hilang itu berkat kabar dari nelayan asal Trenggalek yang sedang berlabuh di pantai Puger Jember.

“Ada nelayan dari Trenggalek, mereka berlabuh di pantai Puger untuk istirahat, mampir lah, dia mendapatkan informasi dari nelayan Puger dan cerita bahwa mendapatkan informasi bahwa di pantai Prigi ditemukan perahu dengan ciri-ciri yang sama dengan perahu yang ditumpangi keluarga kami yang hilang, maka nya Basarnas Jember menelepon Basarnas Trenggalek dan benar memang itu perahunya,” lanjut Farida.

Keluarga korban sempat dimintai uang oleh Basarnas Jember

Farida menyampaikan pada awal pelaporan, tidak ada respon Basarnas Jember. Kemudian keluarga menempuh usaha mandiri mencari korban sampai ke Pantai Sendang Biru, Kabupaten Malang, namun tidak mendapatkan hasil apapun.

Akhirnya keluarga membuat laporan ke Basarnas Provinsi Jawa Timur, yang kemudian membuat Basarnas Jember mau memberikan tanggapan.

“Waktu itu ditanggapin oleh Basarnas Jember itu dengan ungkapan minta sewa kapal besar sebesar Rp3- Rp4 juta sehari, terus kemudian minta bensin 90 liter perhari, uang makan untuk 10 tim SAR itu Rp500 ribu perhari, ya jujur pada nangis semua keluarga dari 6 nelayan itu, mereka ekonominya tidak mampu, di samping itu dalam keadaan mendapat musibah begini, dari mana mereka harus dapat uang sebanyak itu,” ujar Farida. Atas permintaan uang ini, Farida kemudian melapor ke Ombudsman RI.

Kemudian digelar rapat koordinasi oleh pemerintah dengan seluruh keluarga korban, yang mana kesimpulan dari rapat tersebut pemerintah meminta permakluman dari keluarga korban.

“Pemerintah melalui tim SAR gabungan itu meminta permakluman dari keluarga korban, mereka (pemerintah) hanya mempunyai perahu kecil jadi daya jangkaunya juga kecil atau terbatas, tidak jadi minta uang jadinya, jadi oke lah ya mereka minta permakluman, daripada mereka minta duit duluan akan membuat keluarga korban keder duluan,” lanjut Farida.

Keluarga akhirnya menerima permakluman yang disampaikan Basarnas Jember tersebut.

Farida menyayangkan sikap dari pemerintah daerah Jember, yang menurutnya lambat dan berbelit merespon. Padahal menurutnya, ini soal nyawa manusia.

“Ini 6 orang loh, soal nyawa harusnya menjadi atensi utama, kok kayaknya Bupati Jember ini memandang kasus kecil gitu loh, itu membuat saya kecewa dengan pemerintah daerah Jember ini,” keluh Farida, yang juga mantan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI).

Farida kemudian membandingkan dengan daerah lain yang memberikan atensi besar terhadap kecelakaan laut.

“Ini Jember adalah daerahnya kaya, masak Basarnasnya nggak punya kapal besar, saya akan bikin class action atas respon pemerintah yang seperti ini, Jember itu daerahnya kaya namun kerawanan bencananya tinggi, pemerintahnya tak peduli terhadap sarana prasarana kebencanaan yang sepadan dengan karakter daerahnya,” pungkasnya.

Untuk diketahui, keenam nelayan tersebut melaut pada 27 Juni 2025 lalu berangkat dari Pantai Pancer, Puger Jember. Keenam nelayan tersebut Wasito, Daim, Zainul Arifin, Ahmad Basori, Mistawi dan Bahori. Semua nelayan yang hilang merupakan warga Kabupaten Jember.

>>> Ikuti saluran whatsapp beritabangsa.id
Example 468x60Example 468x60Example 468x60 Example 468x60