BERITABANGSA.ID, JEMBER – Sudah 44 hari berjalan, Badrus Soleh, taruna SMK Perikanan dan Kelautan Puger Jember hilang, saat menjalani program kerja lapang (PKL) di KM Harapan Sri Jaya GT.96 yang dioperasikan perusahaan PT Pancuran Samudra Nusantara.
Badrus Soleh dinyatakan hilang, diduga jatuh ke laut sekitar Pulau Masalembu, Sumenep, Jawa Timur pada Minggu 18 Mei 2025 dini hari.
Sampai berita ini ditayangkan, orangtua Badrus Soleh, pasangan Mulyadi dan Nur Hasanah mengaku cemas, sebab tidak ada kejelasan apakah anaknya masih hidup atau sudah meninggal.
“Kalau memang anak saya hidup, di mana dia sekarang. Tetapi apabila anak saya sudah meninggal, mana jasadnya?, sampai saat ini kami tidak memperoleh kejelasan, banyak kejanggalan yang kami rasakan dari hilangnya anak kami,” ujar Nur Hasanah dengan raut wajah sedih, saat ditemui wartawan Beritabangsa.id di rumahnya, Desa Langkap, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember, Rabu 25 Juni 2025.
Pun sama, sang suami, Mulyadi juga merasa selama ini ada yang disembunyikan dalam kasus ini.
“Kenapa petugas Satpolairud atau kepolisian setempat (Polresta Pati) tidak menahan alat komunikasi milik Nahkoda, seluruh ABK, dan para taruna yang magang bersama anak saya, kan dari alat komunikasi itu polisi bisa mendeteksi berbagai kemungkinan. Kemudian pikir saya, apa iya tak ada satu pun orang di kapal itu yang terjaga saat anak saya dinyatakan hilang pada dini hari, kok rasanya aneh bagi saya. Kalau anak saya terjatuh dari kapal sepertinya tidak mungkin, yang memungkinkan jatuh hanya apabila kapal dalam keadaan oleng karena menghantam ombak besar, dan kalau perahu oleng maka tidak mungkin semua orang di perahu itu tidur, pastinya semua terjaga dan saling bahu-membahu agar kapal dalam posisi normal kembali atau seimbang, dari sini sudah janggal,” jelas Mulyadi.
Untuk diketahui, kapal motor yang menjadi tempat magang bagi Badrus Soleh dan teman-temannya berangkat berlayar dari Pelabuhan Juwana, Kota Pati, Jawa Tengah.
Mulyadi mengaku dia dan istrinya memang bukan orang berpendidikan, sehingga ia merasa was-was ketika ingin bersuara atas kegelisahan di benaknya yang menurutnya banyak kejanggalan.
“Saya memang orang gak ngerti, tidak berpendidikan, soal mengurus beginian saya memang tidak paham, dari pemerintah tak ada yang mendampingi selama ini, padahal pemberitaan di televisi nasional sudah banyak tayang, kenapa mereka (pemerintah) tidak hadir ke sini (rumahnya) mendampingi kami terkait apa yang harus kami lakukan, kemana mereka, apa karena kami ini orang kecil,” lanjut Mulyadi.
Sementara itu, Kepala SMK Perikanan dan Kelautan Puger, Kuncoro Basuki mengaku telah melimpahkan kejadian ini kepada kepolisian.
Kuncoro menegaskan bahwa ketika para siswanya mengikuti magang, maka perusahaan yang mengoperasikan kapal motor bertanggung jawab penuh selama berada dalam pelayaran.
“Terhadap semua anak kami yang ikut PKL itu sepenuhnya adalah wilayah tanggung jawabnya perusahaan. Kendati demikian, bukan berarti SMK Perikanan dan Kelautan Puger tidak peduli sedikit pun, saya juga telah melimpahkan ke kepolisian,” kata Kuncoro di depan para awak media.
Berdasarkan pengakuan kedua orangtua Badrus Soleh, keterlibatan sekolah setelah anaknya dinyatakan hilang oleh pihak perusahaan yakni pertama menemani pihak perusahaan PT Pancuran Samudra Nusantara beserta rombongan dari Kota Pati Jawa Tengah saat datang ke rumahnya dengan tujuan memberi tahu secara langsung bahwa anaknya hilang di atas kapal, kemudian mengantarkan keluarga orangtua Badrus ke Pelabuhan Juwana, yang kemudian dilakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan seluruh kru dan peserta magang disidik oleh Satpolairud setempat dan dinyatakan tidak ada unsur pidana.
Kendati orangtua Badrus Soleh telah dibawa oleh pihak sekolah, yang juga didampingi Kasi Pendidikan Pemprov Jawa Timur wilayah V Jember, Muhammad Khotib ke Pelabuhan Juwana, untuk melihat secara langsung olah TKP dan penyidikan, Mulyadi mengaku tidak menerima copy surat atau dokumen resmi hasil penyidikan, surat hasil pencarian bahkan SP3 (surat perintah penghentian penyidikan) pun tidak ada.
“Tidak ada dokumen resmi apapun yang saya terima, baik itu surat resmi riwayat pencarian ber kop instansi pemerintah, surat hasil penyidikan juga tidak ada. Setelah Satpolairud Polresta Pati menyatakan tidak ada tindak pidana, pihak sekolah menyuruh saya menandatangani surat pernyataan tidak akan menuntut apa pun baik perdata maupun pidana, namun ketika saya meminta dokumen salinannya tidak diperbolehkan oleh Kepala Sekolah bapak Kuncoro, di samping itu saya mau memotret dulu juga dilarang, maksud saya itu saya mau memotret dulu untuk kemudian mau saya laporkan dulu ke Kepala Desa saya untuk diteliti karena saya sendiri buta wawasan akan hal ini, namun dilarang oleh Kepala Sekolah, ya akhirnya saya tandatangani surat itu dengan berat hati,” papar Mulyadi, ayah Badrus Soleh.

Sedangkan Kasat Polairud Polresta Pati, Kompol. Hendrik Irawan saat dikonfirmasi melalui pesan Whatsapp pada Kamis (26/6), membenarkan bahwa Badrus Soleh dilaporkan hilang di perairan Masalembu, Kabupaten Sumenep, Kepulauan Madura, Jawa Timur, pada titik koordinat : 05° 50’ 859” LS dan 115° 11’ 209” BT pada Minggu dini hari (18/5). Sesuai Asesmen olah TKP, siswa PKL KM. Harapan Srijaya GT.96 atas nama Badrus Soleh hilang di atas kapal.
Kompol. Hendrik mengklaim tindakan yang diambil pihaknya atas kasus hilangnya siswa SMK Perikanan dan Kelautan Puger itu sudah sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur).
“SOP penanganan sudah semua dilaksanakan pak,” kata Kompol. Hendrik.
Dalam Asesmen itu tercantum, olah TKP dipimpin Wakasat. Polairud. IPTU Tamyis, bersama tim Inafis Satreskrim Polresta Pati, yang dipimpin Wakasat Reskrim AKP. Slamet Hariyono, dilaksanakan pada hari Senin 16 Juni 2025 pukul 13.00 WIB.
Adapun saksi yang diperiksa 2 orang yaitu Jumadi bin Hartono Pasiman (Nahkoda), dan Irman Zulfikar Rachmely bin Imran Rachmely (ABK) dari KM. Harapan Sri Jaya GT. 96.
Dalam uraian singkat kejadian yang dijelaskan pada Minggu 18 Mei 2025 sekitar pukul 04.00 WIB, seluruh anak ABK dan siswa PKL KM Harapan Sri Jaya GT.96, sedang melaksanakan kegiatan tawur jaring di atas kapal.
Saat kegiatan berlangsung, salah satu siswa PKL atas nama Badrus Soleh tidak terlihat berada di antara para ABK maupun siswa lainnya. Setelah dilakukan pengecekan lebih lanjut oleh pihak kapal, diketahui bahwa yang bersangkutan tidak berada di lokasi kerja maupun di area lain di atas kapal.
Menyadari hal tersebut, para ABK segera melakukan upaya pencarian menyeluruh di sekitar kapal dan laut sekitar dengan asumsi bahwa korban kemungkinan terjatuh ke laut. Namun hingga pencarian awal selesai dilakukan, keberadaan Badrus Soleh tidak berhasil ditemukan.
Selanjutnya kapal pulang kembali menuju pelabuhan perikanan Juwana dan tiba pada Sabtu 14 Juni 2025.
Tidak dijelaskan hasil dari olah TKP dan pemeriksaan saksi dalam surat Asesment itu, berikut lanjutan penanganan perkaranya. Juga tidak disebutkan secara rinci seperti apa proses pencarian Badrus Soleh, siswa jurusan NKPI (Nautika Kapal Penangkap Ikan) itu. Wartawan beritabangsa.id juga tidak mendapatkan hasil laporan proses pencarian oleh Basarnas setempat.