BERITABANGSA.ID, JOMBANG – Kisruh di tubuh Persatuan Olahraga Sepatu Roda Seluruh Indonesia (Porserosi) Jombang memanas. Tiga klub dinonaktifkan buntut aksi musyawarah cabang luar biasa (Muscablub) yang dianggap ilegal oleh pengurus kabupaten. Akibatnya, 7 atlet gagal tampil di ajang Porprov.
Ketua Porserosi Jombang, Sutrisno buka suara soal polemik ini. Dia menyebut, masalah bermula saat tiga dari enam klub di bawah Porserosi nekat menggelar Muscablub untuk melengserkan dirinya. Muscablub itu disebut tidak sah karena tidak sesuai Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) organisasi.
“Namanya saja sudah salah, harusnya Musyawarah Kabupaten Luar Biasa, bukan muscablub. Dan itu tidak memenuhi syarat, karena tidak diikuti 50 persen plus satu klub. Tidak ada kehadiran KONI Jombang, Porserosi Jatim, dan unsur sah lainnya,” tegas Sutrisno, Jumat (13/6/2025) pagi.
Sutrisno mengklaim, KONI Jombang, Porserosi Jatim, hingga KONI Jatim juga menganggap Muscablub itu cacat prosedur. Bahkan, KONI sempat memberi tenggat waktu satu minggu bagi tiga klub itu untuk mencabut berita acara yang mereka ajukan. Tapi, ultimatum itu tak digubris hingga melewati delapan hari.
Merasa dirusak kredibilitasnya, Sutrisno pun mengambil langkah tegas. Ia berkonsultasi dengan Porserosi Jatim dan PB Porserosi, lalu menonaktifkan tiga klub tersebut pada 7 Mei 2025.
“Tiga klub akhirnya saya nonaktifkan. Ini untuk menjaga marwah organisasi,” ujar Sutrisno yang juga Wakil Ketua II KONI Jombang.
Imbasnya, tujuh atlet dari tiga klub itu otomatis dicoret dari kontingen Porprov karena tidak memenuhi syarat administrasi. Mereka digantikan oleh atlet cadangan. Sutrisno mengaku sudah memberikan solusi agar mereka pindah ke klub aktif agar tetap bisa bertanding.
“Tapi mereka tidak mau. Padahal kami sudah beri kesempatan gabung ke klub lain supaya tetap bisa ikut,” jelasnya.
Situasi sempat memanas, namun akhirnya reda setelah KONI Jombang menggelar audiensi kedua. Dalam pertemuan itu, tiga klub menyatakan permintaan maaf secara terbuka.
“Karena status nonaktif, klub tidak bisa menggelar kegiatan atas nama Porserosi. Sebenarnya bisa saya bubarkan, tapi saya tahu mereka punya potensi atlet. Rencana nonaktif akan saya cabut setelah Porprov,” tambah Sutrisno.
Porserosi Jombang sendiri mendapat kuota enam atlet dari KONI untuk tiga nomor lomba di Porprov. Awalnya ada 11 atlet yang disiapkan, namun akhirnya hanya enam yang diberangkatkan sesuai ketentuan.
Sementara itu, Ketua KONI Jombang Sumarsono menegaskan, pihaknya tak punya kewenangan mencoret atlet. Hal itu sepenuhnya ranah cabor.
“Kami hanya memverifikasi administrasi. Penentuan atlet adalah hak cabor. Kami tidak ikut mencampuri soal itu,” kata Sumarsono.
Terkait konflik internal Porserosi, KONI mengaku sudah memfasilitasi pertemuan untuk mencari solusi.
“Semua pihak harus menjunjung tinggi AD/ART. Itu fondasi organisasi,” tandasnya.
Sekadar diketahui pada berita sebelumnya bahwa, seleksi atlet cabang olahraga sepatu roda untuk ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur di Kabupaten Jombang menuai kontroversi. Diduga, seleksi yang dilakukan tidak berjalan sesuai prosedur, hingga menyebabkan sejumlah atlet berprestasi kehilangan kesempatan tampil di ajang bergengsi tersebut.
Permasalahan ini disebut-sebut berakar dari carut-marutnya manajemen internal Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jombang. Salah satu indikasinya adalah penunjukan atlet secara sepihak, tanpa mempertimbangkan hasil seleksi yang telah digelar sebelumnya.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id