Terkini

Fuad Plered Tuai Kontroversi, Tolak Pendiri Alkhairaat Jadi Pahlawan Nasional

106
×

Fuad Plered Tuai Kontroversi, Tolak Pendiri Alkhairaat Jadi Pahlawan Nasional

Sebarkan artikel ini
Fuad Plered
Fuad Plered, pernyataannya yang menuai kontroversi (sumber foto :instagram Fuad Plered)

BERITABANGSA.ID, BONDOWOSO – Muhammad Fuad Riyadi, alias Gus Fuad Plered (GFP) menuai kontroversi dan gejolak di masyarakat.

Pengasuh Ponpes Roudlotul Fatihah Fuad Riyadi (Fuad Plered), menolak usulan gelar pahlawan nasional guru tua, Habib Idrus bin Salim Aljufri, pendiri Alkhairaat.

Fuad menilai guru tua tidak memiliki nilai historis dan sosoknya tidak memiliki kontribusi signifikan terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Ia melontarkan kata “monyet” yang oleh banyak pihak kata tersebut dialamatkan kepada Guru Tua.

Meski Fuad langsung mengklarifikasi ucapannya dan meminta maaf, Presiden Prabowo menegurnya dan akhirnya mengundurkan diri sebagai utusan khusus Presiden bidang kerukunan umat beragama.

Guru tua sendiri merupakan ulama yang sangat dihormati terutama oleh masyarakat muslim di Sulawesi Tengah bahkan di kawasan Timur Indonesia.

Guru Tua yang merupakan sapaan akrab dari Habib Muhammad Idrus bin Salim al-Jufri adalah ulama yang berjasa menyebarkan Islam khususnya di Sulawesi Tengah.

Ia juga merupakan pendiri lembaga pendidikan Al-Khairat di Palu dan hingga kini telah memiliki lebih dari 1.500 cabang yang tersebar terutama di Sulawesi, Kalimantan, Maluku hingga Papua.

Ulama yang pernah dikurung di penjara Jepang itu disebut sebagai pengusul warna bendera merah dan putih ini pernah mendapat tanda kehormatan bintang mahaputera Adipradana pada 2010.

Mengutip Wikipedia, Bintang Mahaputera Adipradana adalah kelas kedua dari tanda kehormatan Bintang Mahaputera.

Sebagai kelas dari Bintang Mahaputera, bintang ini diberikan kepada mereka yang secara luar biasa menjaga keutuhan, kelangsungan, dan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Di antara ulama yang sebelumnya pernah dianugerahi Bintang Mahaputera Adipradana adalah KH Mas Mansoer (1961), Syekh Yusuf al-Makassari (1995), K.H. Noer Ali (2006), KH Abdul Halim Majalengka (2008), KH Ahmad Sanusi (2009), K.H. Ma’ruf Amin (2014) dan KH Hasyim Muzadi (2017).

>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id.

>>> Ikuti saluran whatsapp beritabangsa.id
Example 468x60Example 468x60Example 468x60 Example 468x60