Artikel

Simpul-simpul Jin Mengadu

15
×

Simpul-simpul Jin Mengadu

Sebarkan artikel ini
Jin
Ilustrasi kumpulan jin. (Sumber : Pinterest)

Oleh : Fikri Mahbub*

Beberapa episode kehidupan saya akhir-akhir ini ditemani oleh sekumpulan jin yang mendatangi saya secara acak. Itu tidak hanya sehari dua hari, namun berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Saya pun jadi kebingungan. Ada apa mereka berbondong-bondong mendatangi saya seperti laiknya kaum Brahma yang bijak lestari itu.

Saya bukan pribadi seperti baginda Sulaiman yang menggandeng miliaran makhluk Tuhan. Atau setidaknya seperti Syeikh Nawawi yang memiliki ribuan murid Jin. Saya ini hanya manusia yang disudrakan oleh kesadaran kekuasaan lalim. Mengangkut beban manusia hina dihina.

Gerombolan Jin itu kemudian saya tanyakan satu per satu di setiap kedatangannya. Apa dan kenapa sebab mereka mendatangi saya. Segenting apa mereka menyampaikan informasi ketuhanan, kehidupan bermasyarakat, atau hanya sekedar informasi racikan kopi enak.

Golongan satu bercerita jika umat manusia sudah hancur secara moral kebudayaannya. Hubungan dengan Tuhan dan sesama manusianya juga sudah tidak harmonis seperti seharusnya. Apalagi komunikasi dengan kakak tertua bernama alam, hancur lebur tak berkeping.

Engkau, dan semua manusia golonganmu, kata Jin lain, berada di ambang kemusnahan harta tanah air kesejahteraan. Bisa jadi dirimu sendiri dan semuanya juga. Harta dirampok, martabat diinjak-injak dan disemayamkan. Yang tersisa hanya tubuh dan nyawa yang bergentayangan.

Jin lain juga menimpali, nantinya nyawa pun tak berguna seiring dengan perkembangan tekhnologi. Semua akan menjadi budak-budak, hamba sahaya yang Tuhanmu dan Tuhan kita saja bukan Tuhan.

Adik kita, kata Jin, yang tak lain adalah manusia, tak lagi memiliki kedaulatan dalam menentukan nasib hidupnya. Semua dikendalikan dan ditindak seolah-oleh dirinya adalah Tuhan, raja-raja yang enggan untuk dibantah maunya. Enggan juga untuk dinafikan kemunafikan hidupnya.

Kalau saja tidak menuruti kehendak nafsu keserakahannya, maka ia akan meniscayakan siksaan dengan menghamparkan kebuntuan, kesulitan, kemustahilan, beban berat untuk pikiran, bahkan masih akan banyak cara serta tema lain untuk melumpuhkan hati para hamba sahaya.

Kemudian, tanya saya, apa yang harus diperbuat? Sedangkan mata hati saya sudah rabun menemukan di mana Tuhan dan mana yang menjadi Tuhan-tuhan palsu.

(*) Penulis adalah wartawan beritabangsa.id

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya tanggung jawab penulis dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi beritabangsa.id

>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id.

>>> Ikuti saluran whatsapp beritabangsa.id
Example 468x60Example 468x60Example 468x60 Example 468x60