BERITABANGSA.ID, MALANG – Ada potret ironi menyesakkan dada terjadi di Kabupaten Malang.
Betapa tidak. Di Dusun Krajan, Desa Sumberkradenan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, tinggal seorang pria renta, bernama Ramen (67).
Pria sebatangkara ini, sudah hidup sendiri selama 30 tahun sejak ditinggal istrinya meninggal, 1994 lalu.
Dua anak laki-laki nya, semuanya telah hidup terpisah dan berumah tangga dengan istrinya masing-masing di luar kota.
Ramen, atau biasa disapa Pak Ramen, bukan petani namun buruh tani. Dia tak punya sawah dan ladang.
Untuk bertahan hidup, sehari-hari hanya mengandalkan keahlianya sebagai pengrajin bambu seperti sangkar, dan keranjang. Barang itu dia jajakan ke kampung- kampung dengan cara berjalan kaki.
Tempat tinggalnya jauh dari layak, lebih memprihatinkan.
Di antara rumah warga yang banyak tak layak huni, rumah Pak Ramen, paling jelek.
Ditemui media ini, Sabtu (12/10/2024), dia mengakui rumahnya, pada 10 tahun lalu, 2014 pernah mendapat bantuan bedah rumah dari usulan pemerintah desa, dengan anggaran Rp15 juta.
Namun, Pak Ramen menolak melanjutkan karena saat pembangunan awal sudah rusak.
“Jadinya dihentikan Mas, karena sudah rusak,” ujarnya.
Menurut Robi’ah, tetangganya, bedah rumah itu terhenti karena ada penolakan dari Pak Ramen sendiri. Pak Ramin itu karena tidak percaya pemerintah desa waktu itu ada yang mau ambil untung.
“Katanya, ada yang memanipulasi bahan material bangunan. Jadi Pak Ramen tidak mau. Kini dia berharap pemerintah dan dinas bisa lebih baik,” ujarnya.
Keduanya, berharap adanya bantuan rumah layak huni namun, jika memungkinkan diberikan dalam bentuk uang tunai.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id
