BERITBANGSA.ID – KEDIRI – Kementerian Perhubungan Republik Indonesia (Kemenhub RI) mengungkapkan proyek pembangunan Bandara Dhoho di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, ditargetkan akan selesai akhir 2023.
Operasionalnya baru dilakukan terbatas pada tahun depan. Namun persoalan mengemuka terkait bandara yang kurang lebih 25- 30 mil dari pangkalan TNI- Angkatan Udara (Lanud) Iswahjudi, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Komandan Wing Udara 3 Lanud Iswahjudi, Kolonel Penerbang I Gusti Made Yoga Ambara, menegaskan wilayah udara di atas Bandara Kediri telah menjadi area latihan manuver pesawat tempur TNI.
Jika bandara beroperasi maka pesawat tempur (Fighter Aircraft) TNI-AU seperti F-16 Fighting Falcon dan T-50 Golden Eagle tidak bisa lagi terbang di langit Kediri.
Operasional bandara di Kediri akan mengakibatkan ruang udara area latihan TNI-AU harus dipindah.
Konsekuensi dari pemindahan akan mengakibatkan biaya operasional latihan membengkak 3 kali lipat.
Dalam paparan Media Tour Dirgantara di Lanud Iswahjudi, Kamis, 24 Agustus 2023, Kolonel Yoga, mengatakan jika Bandara Dhoho di Kediri beroperasi, maka latihan TNI harus berpindah ke wilayah selatan Lanud.
Setelah dikalkulasi, biaya latihan dari 10ribu dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp152juta per jam, akan membengkak menjadi 30 ribu dolar AS atau Rp457juta.
Sebagai upaya agar Bandara tetap bisa beroperasi dan latihan TNI-AU dapat tetap berjalan, pengamat penerbangan, Marsekal Madya Purnawirawan (Marsdya Purn) Eris Heryanto, mengusulkan empat solusi.
Solusi pertama, mantan pilot F-16 Fighting Falcon TNI-AU dengan jam terbang 20 tahun di Lanud Iswahjudi itu adalah dengan mengatur penggunaan ruang udara di langit Kediri.
Caranya, rute penerbangan dan ketinggian pesawat dari dan keluar Bandara Kediri disepakati bersama.
“Dalam hal ini oleh Air Traffic Controller (ATC) bandara, dan TNI-AU,” katanya.