BERITABANGSA.ID, JEMBER – Koordinator Basarnas Pos SAR Jember, Andi Irawan menegaskan, tidak ada pungutan liar (Pungli) dalam proses pencarian 6 nelayan Puger yang dinyatakan hilang saat melaut pada 29 Juni lalu.
Ia menyebut, pernyataan yang disampaikan oleh Umi Farida, keponakan dari Daim, salah satu dari 6 nelayan yang hilang, itu tidak sesuai dengan fakta.
“Untuk pernyataan yang disampaikan oleh Ibu Umi Farida mengenai penarikan biaya tersebut tidak benar, sepeser pun tidak ada biaya yang dibebankan kepada keluarga korban, nominal yang disebutkan (oleh Umi Farida) itu tidak ada, bisa Anda tanyakan sendiri kepada Ibu Riska, narahubung keluarga korban yang selalu intens berkoordinasi dengan kami,” ujar Andi Irawan, Kamis 10 Juli 2025.
Riska yang disebutkannya dalam sesi wawancara, merupakan menantu dari Wasito, salah satu dari 6 nelayan yang hilang.
Andi Irawan Hadirkan Riska di Sesi Wawancara
Andi melanjutkan, pihaknya berkoordinasi dengan Riska mengenai biaya yang dibutuhkan untuk sewa kapal besar, serta kebutuhan bahan bakar. Setelah mendapatkan informasi rinciannya, Andi kemudian mengkoordinir stakeholder terkait untuk saling bergotong- royong menanggung biayanya.
“Akhirnya saya berkoordinasi dengan beberapa stakeholder di Jember, jadi biaya sewa kapal ditanggung Dinas Perikanan, BBM ditanggung oleh kami dari Pos SAR Jember dalam proses pencarian selama operasi, BPBD Jember menyumbang 50 liter, Dinsos membantu logistik, dan Dinkes bersedia menyiagakan tenaga kesehatan apabila ditemukan korban,” urainya.
Setelah disepakati beberapa stakeholder tersebut dalam rangka saling bergotong- royong, kemudian keluarga para korban dikumpulkan di Kantor Camat Puger untuk terlibat dalam rapat koordinasi bersama lintas instansi pemerintah yang berlangsung pada 2 Juli lalu.
“Hasil dari kesepakatan lintas stakeholder, kita sampaikan kepada keluarga para korban dalam rapat tersebut,” lanjut Andi.
Andi menjelaskan pihaknya berkoordinasi dengan Riska, karena yang bersangkutan adalah orang yang melapor ke Kantor Basarnas Surabaya, dan meneruskan ke Pos SAR Jember.
“Ketika saya mendapatkan kontaknya Ibu Riska, saya langsung hubungi beliau dan intens berkoordinasi. Nah berhubung alat utama (Alut) kami tidak ada yang besar, hanya alut perahu karet dan kapal kecil apalagi cuaca buruk jadi membahayakan sekali, makanya saya tanyakan kepada beliau, apakah ada Alut yang lebih besar di situ punya nelayan yang bisa kami gunakan, kemudian Ibu Riska mencari informasi Alut yang besar,” paparnya.
Sementara itu, Riska mengaku dalam mencari informasi kapal besar, dia berhubungan dengan Vira, yang merupakan juragan nelayan yang memiliki kapal besar.
“Vira memberi informasi kepada saya, bahwa sebelumnya kapal tersebut kemarin menghabiskan 150 liter dengan durasi 1 hari (tidak inap) yang awal itu, dan sekocen itu masih belum pulang, mungkin habisnya 300 liter, kemudian saya sampaikan ke pak Andi Irawan habisnya segitu, saya hanya berhubungan dengan Vira, kalau ke Ibu Umi Farida tersebut saya tidak ada berkomunikasi sama sekali, saya tidak punya nomor kontaknya dan tidak pernah mengobrol dengannya (Umi Farida),” ungkap Riska.
Untuk diketahui, kapal milik Vira, sebelumnya digunakan oleh keluarga para korban dalam melakukan pencarian mandiri, sehingga estimasi konsumsi bahan bakar bisa diprediksi.
Riska mengaku tidak ada penarikan biaya dari Pos SAR Jember untuk urusan pencarian nelayan.
“Basarnas tidak menarik uang atau biaya ke kami selaku keluarga korban,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, Umi Farida menyampaikan bahwa keluarga korban diminta biaya oleh Basarnas Jember.
“Waktu itu ditanggapin oleh Basarnas Jember itu dengan ungkapan minta sewa kapal besar sebesar Rp3- Rp4 juta sehari, terus kemudian minta bensin 90 liter perhari, uang makan untuk 10 tim SAR itu Rp500 ribu perhari, ya jujur pada nangis semua keluarga dari 6 nelayan itu, mereka ekonominya tidak mampu, di samping itu dalam keadaan mendapat musibah begini, dari mana mereka harus dapat uang sebanyak itu,” kata Umi Farida.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id