Suyono mengaku sudah berkali-kali mengajak Kades Purwanto membuka forum, tetapi sampai saat ini Kades tidak mau. Padahal seingat Suyono, banyak donasi dari masyarakat yang masuk.
“Ingat saya waktu itu ada tiga amplop coklat saya berikan langsung ke Bendara Pembangun Masjid,” bebernya.
Senada, warga lainnya yang enggan disebut namanya, menduga kuat bahwa kades tidak hanya mempermainkan masyarakat dengan janji-janji saat kampanye.
“Herannya lagi, semua panitia pembangunan dari perangkat desa, tidak ada yang dari pengurus Masjid,” keluhnya.
Menanggapi isu tersebut Kepala Desa Ngampel Purwanto menyampaikan berhentinya proyek pembangunan Masjid Jami Miftahul Huda terkendala kurangnya dana dan status tanah yang masih tanah desa/bengkok.
“Memang benar hal ini salah satu visi misi saya saat mencalonkan menjadi kades, tetapi tidak serta merta seperti itu. Kita juga harus melihat status tanah sebelum membangun, sementara kas Masjid itu urusan takmir yang diberikan kepada panitia pembangunan sekitar Rp130 Juta kalau tidak salah ingat,” kata Purwanto.
Dia juga sedang mengusahakan agar status tanah menjadi jelas hingga donatur yang akan membantu pembangunan bisa dengan mudah.
Saat disinggung perihal janji adanya dana Rp2 miliar untuk pembangunan saat kampanye Pilkades, dia membenarkan hal tersebut.
“Iya benar akan tetapi semua itu tidak serta merta dengan mudah dilaksanakan, pada saat keinginan membangun ternyata status tanah yang masih belum jelas dan saya tidak tahu bahwa status tanah masih tanah desa/bengkok. Dan saat ini masa jabatan saya masih tiga tahun, berjalannya nanti tetap saya usahakan,” tegasnya.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id