BERITABANGSA.ID, SURABAYA – Dalam suasana sakral pengambilan sumpah profesi Ners dan Bidan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Jumat (30/5/2025) sosok Ratna Kartika Isnuwardani tampil sebagai simbol nyata nilai toleransi, dedikasi, dan keberagaman dalam dunia pendidikan kesehatan.
Dikelilingi rekan sejawat yang mayoritas muslim, perempuan kelahiran Banyuwangi, 2 Mei 1974 ini menjalani prosesi tersebut dengan keteguhan dan ketenangan yang terpancar dari setiap langkahnya.
Ibu dua anak ini bukan hanya lulusan profesi Ners yang menjalani pendidikan dengan penuh komitmen, tetapi juga salah satu peserta pengambilan sumpah yang beragama Hindu, sebuah realitas yang memperkuat semangat inklusivitas dalam institusi pendidikan tinggi.
Ratna menyatakan bahwa perbedaan keyakinan tak pernah menjadi penghalang dalam proses belajarnya.
Justru sebaliknya, lingkungan kampus dan kerja yang penuh penghormatan membuatnya merasa dihargai dan diterima sepenuhnya.
“Saya minoritas, tapi itu bukan masalah. Di Unusa, toleransi dan penghormatan terhadap keyakinan sangat baik,” ungkapnya, menyebut pengalamannya sebagai PNS di RSUD dr Soetomo sejak 1996 sebagai bagian dari perjalanan profesional dan spiritualnya.
Dalam prosesi yang kental dengan nuansa keislaman, Ratna tetap dapat mengucapkan sumpah sesuai dengan keyakinannya, didampingi tokoh agama Hindu.
Momen tersebut bukan hanya bentuk penghargaan institusi terhadap keragaman agama mahasiswa, melainkan cerminan dari nilai-nilai luhur kebangsaan yang memandang keberagaman sebagai kekuatan, bukan perbedaan yang memecah.
Ratna menjadikan nilai-nilai Tri Hita Karana harmoni dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam sebagai fondasi dalam menjalani profesi keperawatan.
Baginya, menjadi perawat adalah bentuk nyata dari pengabdian dan dharma, yang tidak dibatasi oleh identitas agama, usia, atau latar belakang sosial.
Ia menjalani pendidikan profesi dengan semangat yang menyala, meskipun banyak yang memandang usia sebagai tantangan.
Namun Ratna justru membalikkan persepsi tersebut dengan menunjukkan bahwa semangat belajar dan pengabdian sejati melampaui batasan-batasan usia.
“Ini bukan hanya tentang menjadi perawat, tetapi menjadi manusia yang utuh, yang mengabdi dengan hati dan menjunjung nilai kemanusiaan,” ujarnya.
Kehadirannya di panggung sumpah profesi menjadi cermin bahwa dunia pendidikan seharusnya menjadi ruang inklusif, tempat semua anak bangsa bisa bertumbuh dan berkontribusi tanpa rasa canggung akan latar belakang mereka.
Ratna Kartika Isnuwardani bukan sekadar lulusan profesi Ners. Ia adalah representasi dari kekuatan integritas, spiritualitas, dan keberagaman dalam dunia kesehatan yang terus berkembang.
Melalui ketekunan dan semangat pengabdiannya, ia mengingatkan kita bahwa profesionalisme tidak pernah mengenal batas keyakinan, dan bahwa pelayanan kesehatan yang humanis hanya dapat tumbuh dari hati yang menghargai kemanusiaan dalam seluruh spektrumnya.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id