Konferensi ini berpuncak di Malaysia, di mana para delegasi mempresentasikan karya ilmiah mereka dalam forum internasional. Beberapa tema yang diangkat antara lain pentingnya pendidikan bahasa bagi santri, peran pesantren dalam ekonomi global, serta diplomasi budaya pesantren di dunia internasional.
Kegiatan ini meninggalkan kesan mendalam bagi para peserta.
“Saya bangga bisa membawa nama almamater di kancah internasional. Ini pengalaman yang tak akan terlupakan,” ujar Vigo Bastian Barretta.
Alifah Aulia Ramadhani menambahkan, “Saya akan terus berkontribusi untuk kemajuan Baitul Qur’an Al Jahra.”
Hal senada disampaikan oleh Grezkha Assyafa Yusup yang berharap kegiatan ini bisa terus menjadi wadah bagi santri di seluruh Indonesia untuk menyampaikan inovasi mereka.
Sementara itu, Salah satu pendamping dari Ponpes Baitul Qur’an Al Jahra, Ustadzah Afaf Nur Syahidah berpesan agar para santri tidak hanya fokus di dalam pesantren, tetapi juga siap berkiprah di masyarakat, birokrasi, dan dunia global.
“Sebelum mendidik masyarakat, santri harus mendidik diri sendiri agar kokoh dan berprinsip,” tegasnya.
Ia mengaku, peran santri itu tidak hanya di pesantren saja, akan tetapi santri juga harus berkontribusi di masyarakat, di birokrasi, di pemerintahan, di lembaga legislatif, hingga di bidang lainnya.
“Partisipasi dalam ICSM merupakan langkah penting dalam mewujudkan visi pondok yakni mencetak santri unggul, berwawasan global, dan tetap berakar pada nilai-nilai Qur’ani. Disamping itu, Diharapkan dapat membuka lebih banyak peluang kerja sama internasional serta menjadi inspirasi bagi santri lain untuk terus berkembang dan berkontribusi untuk bangsa dan dunia,” tutup Ustadzah Afaf Nur Syahidah, Salah satu pendamping dari Ponpes Baitul Qur’an Al Jahra Magetan.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id.
