Hal ini ditegaskan oleh Aninda Rose Novila dari BKKBN Jawa Timur. Ia menekankan bahwa kehadiran ayah sangat penting dalam kehidupan anak sejak usia dini, baik sebagai pelindung maupun panutan.
Selain GATI, BKKBN juga menjalankan program Nutrisi Gratis bagi bayi dan balita usia hingga dua tahun, khususnya untuk 1.000 hari pertama kehidupan. Program ini dipandang sebagai investasi negara yang krusial dalam memastikan masa depan anak-anak Indonesia.
“Ini bukan program biasa. Ini adalah bentuk komitmen negara. Kita ingin generasi yang sehat dan berkualitas sejak awal kehidupannya,” jelas Ratna Juwita Razak, Pranata Humas Ahli Madya BKKBN Pusat.
Ratusan warga hadir dalam kegiatan sosialisasi ini, menunjukkan antusiasme dan kesadaran publik yang makin meningkat terhadap pentingnya mencegah stunting.
Edukasi dalam kegiatan tersebut mencakup seluruh tahapan kehidupan manusia, mulai dari perencanaan keluarga, masa anak-anak, hingga lansia.
Data menunjukkan progres signifikan dalam penurunan prevalensi stunting di Indonesia. Dari 37,2 persen pada 2013 turun menjadi 30,8 persen pada 2018.
Pemerintah menargetkan angka ini dapat ditekan hingga 19,4 persen pada tahun 2025, sejalan dengan standar yang ditetapkan WHO yakni di bawah 20 persen.
“Di tengah pandemi saja angka stunting turun. Artinya, jika dalam kondisi normal dan dengan program baru seperti GATI, target WHO bukan lagi mimpi,” tegas Ratna Juwita.
GATI tidak hanya sekadar program kerja pemerintah, tetapi telah menjadi sebuah gerakan nasional.
Sebuah ajakan kolektif untuk mewujudkan Indonesia yang bebas stunting, lebih sehat, dan lebih kuat.
Pemerintah menegaskan bahwa keberhasilan program ini membutuhkan peran serta seluruh elemen bangsa.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id.
