Terdapat tiga pilar utama untuk mewujudkan pendidikan yang ‘SAE’ (bagus). Di antaranya kecerdasan yang memuaskan, karakter yang menginspirasi dan kepedulian yang menyejukkan. Para guru adalah penyalur cahaya peradaban dan para pelajar adalah api harapan masa depan.
“Dari Kota Wisata ini, mari kita lahirkan pemimpin yang berintegritas. Inovator yang kreatif dan penggerak perubahan. Dengan semangat gotong royong, mari kita bangun sekolah yang adaptif, pembelajaran yang revolusioner dan ekosistem yang edukatif,” kata Cak Nur.
Lebih lanjut, dia juga memaparkan, untuk program unggulan 1000 sarjana akan dibagi menjadi beberapa klaster penerima. Di antaranya seperti pelajar berprestasi, pelajar dari keluarga kurang mampu, penyandang disabilitas hingga erangkat desa yang ingin memperdalam ilmu perencanaan pembangunan desa.
“Kemudian guru non-ASN yang ingin melanjutkan studi, pelaku UMKM yang ingin meningkatkan kompetensi usaha dan Hafiz maupun Hafizah Alquran sebagai bentuk apresiasi terhadap nilai-nilai keagamaan,” sebutnya.
Di sisi lain, Cak Nur juga memaparkan, untuk pendanaan program 1000 sarjana akan berasal dari berbagai sumber.
Mulai dari APBD Kota Batu, dukungan dari program Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, hingga bantuan dari anggota DPR RI asal daerah pemilihan Malang Raya yang sudah berkomunikasi dengan Pemkot Batu.
“Agar program ini tepat sasaran, penerima akan diselesaikan terlebih dahulu. Program afirmasi ini juga menjadi upaya kami menjangkau seluruh lapisan masyarakat, termasuk pelaku UMKM yang ingin meningkatkan kualitas diri di bidang UMKM,” paparnya.
Memaknai Hardiknas 2025, Cak Nur, menyampaikan bukanlah sekadar seremonial tahunan yang ditandai dengan upacara bendera dan berbagai ragam lomba.
Hardiknas merupakan momentum untuk meneguhkan dan meningkatkan dedikasi, komitmen dan semangat untuk memenuhi amanat konstitusi. Yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan layanan pendidikan yang terbaik, bermutu dan berkemajuan bagi seluruh anak bangsa. Pendidikan adalah hak asasi dan hak sipil yang melekat dalam diri setiap insan baik sebagai pribadi maupun warga negara.
Pada hakikatnya pendidikan adalah proses membangun kepribadian yang utama, akhlak mulia, dan peradaban bangsa. Secara individual, pendidikan adalah proses menumbuhkembangkan fitrah manusia sebagai makhluk pendidikan yang dengannya manusia menguasai ilmu pengetahuan, memiliki keterampilan dan berbagai kecerdasan yang memungkinkan mereka meraih kesejahteraan dan kebahagiaan material dan spiritual.
“Karena itu, sangat tepat ketika Presiden Prabowo menempatkan pendidikan sebagai prioritas. Sebagaimana disebutkan dalam Asta Cita ke-empat, Presiden Prabowo berkomitmen membangun sumberdaya manusia yang kuat sebagai aktor dan agen perubahan yang mengantarkan Indonesia menjadi bangsa dan negara yang adil dan makmur,” pungkasnya.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id.