Dalam kesempatan tersebut, Khofifah juga mengajak para kepala sekolah dan guru untuk terus meningkatkan kualitas pengabdian di tengah kekosongan kepemimpinan yayasan pasca wafatnya Prof. Dr. Ridwan Nasir.
Ia berharap yayasan segera membentuk tim untuk memilih pemimpin baru yang dapat melanjutkan perjuangan dan pengabdian.
Khofifah juga membagikan puluhan buku berjudul Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari: Pemersatu Umat Islam Indonesia karya KH Abdul Hakim Mahfudz kepada para siswa SMP dan SMA Khadijah, sebagai bagian dari penguatan nilai-nilai keislaman dan keteladanan tokoh bangsa.
Acara ditutup dengan momen halal bihalal antara Gubernur Khofifah, jajaran pimpinan yayasan, kepala sekolah, guru, dan karyawan di lingkungan Khadijah.
Sementara itu, Pembina Yayasan Khadijah, Masruroh Wachid, menyampaikan bahwa tradisi halal bihalal merupakan budaya khas Indonesia yang sarat makna.
Masruroh juga mengingatkan sejarah berdirinya sekolah ini pada tahun 1961 oleh tokoh-tokoh NU seperti KH Abdul Wahab Turcham, KH Ridwan Abdullah, KH Abdul Fatah Yasin, dan KH Abdul Aziz Diyar. Sekolah ini awalnya diperuntukkan bagi kaum perempuan.
Ia menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur atas dukungan yang selama ini diberikan, termasuk saat SMA Khadijah ditetapkan sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional pada 15 Juni 2007.
Ketua I Yayasan Khadijah, KH Abdullah Sani, turut memberikan pesan kepada para siswa yang telah diterima di perguruan tinggi untuk menjaga dan meningkatkan prestasi.
Ia berharap keberhasilan mereka menjadi inspirasi bagi adik-adik kelasnya.
“Perjalanan ini belum titik, masih koma. Siapkan diri sebaik-baiknya untuk menjadi generasi yang berakhlakul karimah dan membanggakan Yayasan Khadijah,” ujarnya.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id.
