BERITABANGSA.ID, SURABAYA – Sebanyak 3.730 guru profesional dari Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) resmi dilantik.
Pengambilan sumpah ini dipimpin langsung oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unusa, Muhammad Thamrin Hidayat, pada Kamis, 27 Februari.
Prosesi pelantikan dilakukan secara hybrid, di mana 129 peserta mengikuti secara langsung di Auditorium Tower Kampus B Unusa, sementara 3.601 lainnya mengikuti secara daring melalui YouTube dan Zoom.
Rektor Unusa, Achmad Jazidie, menekankan pentingnya para lulusan untuk menghafal dan mengamalkan 17 sumpah profesi guru yang telah mereka ucapkan.
Menurutnya, sumpah tersebut harus tertanam dalam diri setiap guru agar dapat membentuk karakter peserta didik.
“Dari 17 sumpah itu, Anda tanamkan kepada murid supaya karakter mereka terbentuk,” ujarnya.
Jazidie juga menyoroti pentingnya pendidikan karakter di Indonesia. Ia menyampaikan keprihatinannya terhadap fenomena banyaknya individu dengan pendidikan tinggi tetapi minim integritas moral.
“Kita melihat banyak kasus yang menunjukkan bahwa pendidikan tinggi saja tidak cukup tanpa karakter yang kuat,” katanya.
Ia berharap lulusan PPG Unusa tidak hanya memiliki kompetensi akademik, tetapi juga mampu menjadi teladan bagi peserta didiknya.
Menurutnya, profesi guru adalah profesi yang mulia, tetapi juga penuh tanggung jawab. Ia mengutip bait pertama dari Hymne Unusa yang berbunyi: “Terpujilah wahai kau Unusa, bersinar menerangi dunia.”
“Sejak Anda menjejakkan kaki di kampus ini, kalian diajak menjadi obor penyuluh, menjadi cahaya,” tutur Jazidie.
Ia juga menegaskan bahwa seorang guru harus memiliki keteladanan dan integritas, baik di dalam maupun di luar kelas.
Khusus bagi lulusan yang berasal dari lingkungan Nahdlatul Ulama, ia menekankan pentingnya nilai-nilai kejujuran, amanah, keadilan, serta semangat untuk saling tolong-menolong.
“Bagi warga Nahdliyin, kalian harus jujur, bisa dipercaya, dan amanah. Anda harus mampu bersikap adil dan saling tolong menolong, serta konsisten,” imbuhnya.
Jazidie juga menyoroti pentingnya kebijakan pendidikan yang lebih responsif.
Ia mempertanyakan mengapa World Economic Forum diadakan setiap tahun, sementara Education Forum hanya diadakan setiap 15 tahun sekali.
Menurutnya, evaluasi pendidikan seharusnya dilakukan lebih rutin agar kebijakan yang diterapkan tetap relevan.
Ia berharap para alumni Unusa dapat terus memperbesar dan meningkatkan cahaya mereka sebagai pendidik. Ia mengutip pemikiran Jalaludin Rumi yang berbunyi: “Jika di sekitar kalian gelap, barangkali kalianlah cahaya itu.”
Jasidie menegaskan, pelantikan ini bukan sekadar seremoni formal, melainkan tonggak penting bagi para calon guru dalam menjalankan perannya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id