Namun, dengan dukungan teman-teman sekelas dan dosen, ia bisa menjalani semuanya dengan baik.
“Teman-teman di kelas sangat pengertian. Kadang kalau anak saya mulai rewel, ada yang membantu menghibur. Bahkan ada dosen yang mengatakan bahwa ini adalah contoh nyata bagaimana perempuan bisa berdaya tanpa harus mengorbankan keluarga,” kenangnya.
Salah satu momen paling berkesan baginya adalah ketika putrinya mulai terbiasa dengan suasana kelas.
“Ada satu momen yang sangat berkesan buat saya. Anak saya, yang masih dua tahun, tiba-tiba bisa menyalakan laptop sendiri dan menggerakkan kursor. Saya terkejut, tapi kemudian sadar, mungkin karena dia sering melihat saya menggunakannya di kelas. Ternyata, anak kecil itu cepat belajar hanya dengan melihat,” katanya penuh haru.
Bagi Sukma, ini bukan sekadar momen lucu, tetapi bukti bahwa lingkungan pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.
“Saya jadi berpikir, bagaimana kalau setiap anak sejak dini sudah diperkenalkan dengan dunia pendidikan dengan cara menyenangkan? Saya yakin, mereka akan tumbuh dengan kecintaan terhadap belajar,” tuturnya.
Membagi waktu antara kuliah, mengurus keluarga, dan menyelesaikan tugas bukanlah perkara mudah. Sukma harus menerapkan disiplin tinggi agar semuanya berjalan lancar.
“Saya punya aturan sendiri. Saat di kampus, saya maksimalkan waktu untuk mengerjakan tugas. Begitu di rumah, saya fokus untuk keluarga. Jika ada tugas yang harus dikerjakan di rumah, saya biasanya menitipkan anak ke mertua atau kakak ipar,” jelasnya.
Berkat kerja keras dan dedikasinya, Sukma berhasil menyelesaikan PPG dengan IPK 3,96, sebuah pencapaian luar biasa di tengah berbagai tantangan yang ia hadapi.
Pada Kamis, 27 Februari, ia bersama 3.730 lulusan PPG Unusa resmi diambil sumpah sebagai guru profesional setelah dinyatakan lulus. Dari jumlah tersebut, 129 orang hadir langsung di Auditorium Unusa, sementara 3.601 lainnya mengikuti secara daring.
Sejak dipercaya menyelenggarakan PPG, Unusa telah meluluskan sebanyak 6.295 guru profesional.
Kisah perjuangan Sukma Prabawati menjadi bukti bahwa seorang perempuan bisa tetap berdaya tanpa harus mengorbankan keluarga.
Ia membuktikan bahwa dengan tekad dan kerja keras, segala tantangan bisa dihadapi.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id