Bukan hanya cabai, tanaman padi pun disebutkan ikut terdampak. Sumrambah memperingatkan bahwa dalam waktu dekat, harga beras juga bisa ikut naik.
“Di bulan Januari dan Februari, harga beras biasanya meningkat. Ini karena belum masuk musim panen raya, sementara di musim kemarau kemarin banyak daerah yang gagal tanam,” jelasnya.
Namun, ia meyakini bahwa kondisi ini hanya bersifat sementara. Begitu musim panen tiba pada bulan Maret dan April, harga beras akan kembali stabil.
Solusi: Inovasi dan Antisipasi
Sumrambah menegaskan bahwa pemerintah harus mulai berpikir jauh ke depan. Salah satu solusi yang ia tawarkan adalah mengolah cabai menjadi cabai kering.
“Dengan mengeringkan cabai saat panen raya, kita bisa menyimpan stok untuk menghadapi musim hujan. Jadi, kita tidak tergagap-gagap setiap kali harga cabai naik,” kata Sumrambah.
Ia berharap pemerintah lebih proaktif dalam mengelola stok pangan, agar fenomena naik-turunnya harga cabai dan beras tidak terus berulang setiap tahun.
“Kalau kita sudah tahu ritmenya, seharusnya kita bisa mengantisipasinya. Jangan sampai setiap tahun selalu ada kepanikan warga dengan kenaikan harga,” pungkasnya.
Sebelumnya, mulai awal 2025, harga cabai rawit di Jombang, merangkak. Di Pasar Tradisional Citra Niaga, pada Sabtu (4/1/2025) harga cabai rawit di Pasar Legi ini mencapai Rp75.000 per kilogram.
Tak sedikit lapak menjual di harga Rp80.000 per kilogramnya. Kenaikan harga cabai yang cukup signifikan ini sudah terjadi sejak sepekan lalu. Akibatnya tak sedikit warga terpaksa beralih membeli cabai rusak.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id