BERITABANGSA.ID, SURABAYA – Universitas Airlangga (Unair) menggelar talkshow bertajuk “Ketahanan Pangan dan Budaya Makan Bergizi” di Hall Lantai 1 Kantor Manajemen Kampus MERR-C UNAIR pada Senin (30/12/2024).
Acara ini menghadirkan Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Jawa Timur, Doktor Adriyanto, Pimpinan Wilayah Perum Bulog Jawa Timur, Awaludin Iqbal, serta pemilik usaha ayam bakar Pak D, Erik Marsudi.
Ketiganya menyampaikan pandangan terkait pentingnya ketahanan pangan dan budaya makan bergizi dari perspektif yang berbeda. Adriyanto menekankan, ketahanan pangan harus dimulai dari perubahan pola pikir masyarakat.
“Gizi bukan hanya soal kesejahteraan atau hak asasi manusia, tetapi juga investasi untuk masa depan,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, pemenuhan gizi sejak dini dapat menjadi solusi berbagai masalah, seperti stunting.
“Memberikan ASI eksklusif selama dua tahun, ditambah MPASI bergizi, adalah langkah awal untuk mengatasi stunting,” tuturnya.
Menurut Adriyanto, kurangnya gizi pada anak dapat memengaruhi kemampuan belajar yang pada akhirnya berdampak pada kualitas sumber daya manusia.
“Ketahanan pangan bukan hanya soal pemberian makan gratis, tetapi memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya gizi,” tukasnya.
Sementara itu, Erik Marsudi selaku pelaku UMKM menyoroti tantangan ketahanan pangan dari sisi pelaku usaha.
Menurutnya, distribusi dan ketersediaan pangan yang tidak merata serta kualitas pangan yang belum optimal menjadi hambatan utama.
Ia menekankan perlunya kolaborasi dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi masalah ini.
“Pelaku usaha tidak bisa bergerak sendiri. Pemerintah dan masyarakat harus mendukung produk lokal,” katanya.
Erik juga mengajak masyarakat untuk lebih mengutamakan produk dalam negeri.
“Kalau ada kekurangan bahan di Indonesia, pemerintah seharusnya fokus meningkatkan produksi dalam negeri, bukan terus mengandalkan impor. Dari Indonesia untuk Indonesia,” ujarnya.
Pimpinan Wilayah Perum Bulog Jawa Timur, Awaludin Iqbal, menambahkan bahwa salah satu tantangan ketahanan pangan adalah meningkatnya konsumsi tepung terigu dan ketergantungan pada gandum impor.
“Diversifikasi pangan menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan ini. Kita perlu mendorong konsumsi karbohidrat lokal seperti sagu, ubi, dan jagung,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya penguatan sektor hulu dan hilir untuk memastikan ketersediaan dan stabilitas pangan.
“Langkah ini harus diimbangi dengan promosi masif terhadap sumber pangan lokal agar masyarakat tidak hanya bergantung pada satu jenis karbohidrat,” tambahnya.
Harapannya, diskusi ini dapat mendorong kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dalam mewujudkan ketahanan pangan sekaligus memperkuat budaya makan bergizi di Indonesia.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id