Anggota Komisi VI DPR RI yang juga Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Program Kerakyatan PDIP ini pun menyampaikan turut merasakan duka yang mendalam terhadap keluarga korban.
“Kami turut berduka cita. Kepada keluarga korban, kami juga mendoakan semoga diberikan ketabahan dan kesabaran,” tambahnya, sembari mengusap tangan ibu korban.
Melihat Mbak Estu di hadapan keluarga korban saat itu, matanya selalu menatap ibu korban penuh empati, seolah memastikan kehadirannya memberikan kekuatan di saat sulit.
Setelah dievakuasi dari Afvour Watudakon, jasad Dedy langsung dibawa ke rumah duka untuk dimakamkan.
Kehadiran Mbak Estu di tepian sungai itu tak bisa mengubah takdir Dedy. Namun, kehadirannya membawa pesan penting, di tengah duka, tak ada yang lebih berarti daripada pelukan dan dukungan tulus bagi mereka yang kehilangan.
Sebelumnya, dua hari para petugas menyusuri derasnya arus sungai, melakukan pencarian Dedy Teguh Harianto.
Dedy, adalah korban tenggelam akibat terseret arus sungai Afvour Watudakon saat menyelamatkan adiknya.
Dedy Teguh Harianto (26) warga Desa Watudakon, hanyut ketika bingung menyelamatkan bibit padi yang akan terjatuh ke Afvour Watudakon Sabtu (7/12/2024) pukul 07.15 WIB.
Dia di sawah tepat di pinggir Afvour Watudakon, ditemani
Pawi Harianto ayahnya, Diva Cindy Areta (16), calon istrinya dan adik korban.
Pikirnya cepat selesai mengambil bibit padi yang hendak terbawa luapan arus sungai.
Ketika menyelamatkan bibit itulah, adik korban yang berusia 10 tahun terpeleset dan nyaris hanyut.
Melihat hal itu, korban berupaya menyelamatkannya bersama calon istrinya.
Keduanya sempat hanyut, melihat hal itu, sang ayah yakni Pawi Harianto pun berupaya menyelamatkan calon menantu perempuannya terlebih dahulu.
Namun, setelah ia menyelamatkan Cindy, justru Dedy yang hilang tertelan derasnya arus Afvour Watudakon.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id