Sementara itu, Kepala Desa Meduri, Hariyono menjelaskan wilayah desanya cukup luas. Pihaknya tidak serta merta bisa langsung menangani jalan dusun itu.
Banyak saran yang membutuhkan pembangunan. Termasuk Jembatan. Totalnya ada 36 titik. Sedangkan 13 titik belum diperbaiki.
Jembatan penghubung antara dukuh satu ke dukuh yang lain dipisahkan sungai dan hutan sehingga menjadi faktor kesulitan pembangunan karena anggaran.
Semisal, ada satu dusun dengan dihuni 8 – 10 KK, tapi terpisah oleh sungai.
Kondisi seperti itu tak terhitung dan wilayahnya paling besar dan susah aksesnya.
Desa Meduri diakui dikelilingi begitu banyak anak sungai hingga jalan terputus-putus oleh jembatan penghubung.
Dia juga mengaku sempat ditawari Bantuan Keuangan Khusus Desa (BKKD) namun dia menolak karena melihat waktu yang sangat minim ditambah lagi akhir tahun cuaca tak menentu.
“Kami sudah berusaha meminta kepada pemerintah daerah untuk memberikan bantuan langsung berupa bangunan, kami pasrahkan biar PU atau instansi yang terkait saja yang membangun di desa kami,” ungkapnya.
Dia juga menambahkan minimnya sumberdaya manusia (SDM) yang bisa melakukan pembangunan.
Maka dari itu Hariyono tidak bersedia menerima BKKD, dengan jumlah total yang cukup besar dari 6 titik dengan target waktu minim.
Dia bersyukur penolakan itu disambut baik oleh pemerintah daerah.
Meski demikian pihak desa tetap terus mengusahakan pembangunan agar jalan di desanya menjadi lebih baik dan pembangunan bisa merata.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id
