Lebih lanjut, Sartika menegaskan masih siap menerima petani yang ingin bergabung jadi mitra untuk menghubungi Ketua Poktan.
“Nanti kita ber-audensi dan dilanjutkan penandatanganan komitmen ber-notaris, dan komitmen inilah akan jadi jaminan pembelian. Ada jaminan hasil panen petani dibeli. Ini sudah 3 kalinya dengan 3 Poktan di Gunung Kawi dan Wagir,” urainya.
Sementara itu, Dirut PT Macadamia Jaya Indonesia Agus Susanto, menyampaikan jahe sangat dibutuhkan untuk kontrak pengiriman puluhan kontainer. Jumlah itu masih kecil.
“Kita kekurangan komoditas jahe, masih sangat banyak sekali. Dari kontrak beberapa puluh kontainer itu masih kecil sekali yang kita kirim,” ujar Agus.

Kata dia potensi jahe ekspor sangat luar biasa, karena untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri juga kurang. Maka dari itu dia menggelar audensi dan penandatanganan MoU dengan Poktan Kelompok Tani Hutan Rakyat (KTHR), untuk membuka kemitraan petani jahe dalam memenuhi Purchase Order (PO).
“PO kita itu ratusan kontainer tapi barang belum ada, maka kita akan cari kemitraan sesuai PO itu,” jelasnya.
Namun dia tetap membatasi jumlah kemitraan untuk menjaga permintaan dan produksi.
“Jadi jangan sampai jadi bumerang, petani berlomba-lomba nanam tapi harganya jatuh. Begitu PO sesuai, petani yang tanam, akan kita akan stop dulu kemitraannya, agar bisa memenuhi 10-20 kontainer, tinggal kalikan saja 1 kontainer itu kisaran 20 ton-an,” bebernya.
Selain itu untuk memastikan keberlanjutan program kemitraan yang berlaku selama 1 tahun, pihaknya juga akan melakukan evaluasi.
“Semisal kita tahun depan dapat buyer lagi, kalau buyer sekarang menambah kuota, kita akan perluas. Tapi jika terjadi penurunan kita perkecil kemitraannya. Kita tidak mengejar petani. Sesuai PO dulu. Agar petani dapat feedback bagus. Jangan sampai kita kejar profit tapi petani kalah,” pungkasnya.
Dengan kemitraan ini, petani bisa mendapat pembelian harga layak. Pengelola dapat profit, petani juga untung.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id