Pernyataan senada juga disampaikan Kiai Haji Ali Muthohar, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Salam, Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu Jember. Menurutnya, orasi dengan mencatut sejarah kelam PKI seharusnya tidak disebutkan di tengah kontestasi Pilkada tahun ini. Karena selain sensitif, tragedi tersebut sudah tidak relevan.
“Dalam kontestasi (Pilkada) ini sudah barang tentu saling berebut ingin sukses. Oleh karenanya perlu semuanya lah, terutama yang masih muda-muda itu mampu menahan diri,” pesan Kiai Muthohar.
Ia menambahkan, pernyataan PKI oleh Fawait, meski tidak menyebut siapa yang PKI, pasti sudah mengundang banyak persepsi masyarakat. Karena peserta Pilkada Jember tahun ini hanya ada 2 paslon, sehingga masyarakat bisa saja menduga pernyataan PKI itu dialamatkan kepada lawannya dalam Pilkada.
“Gus Firjaun (Cawabup nomor 1) adalah orang NU tulen, putra dari Kiai Haji Achmad Siddiq yang merupakan Rais Aam PBNU 1984,” tegas Kiai Muthohar.
Kiai Muthohar berharap masyarakat, khususnya pendukung paslon nomor 01 tidak terpancing dengan isu PKI tersebut. Serta tetap menjunjung kondusivitas serta kerukunan dalam menyambut Pilkada yang akan digelar pada 27 November 2024 mendatang.
“Saya berharap kedua paslon agar saling menghormati. Toh, kedudukan dan jabatan ini sudah ada catatan di sisi Allah SWT. yang terpenting kita berusaha, berikhtiar, menampakkan sikap yang teladan sebagai calon pemimpin,” pungkasnya.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id