Di Desa Jati Duwur, terdapat pohon beringin atau disebut Gerdu Papak. Lokasi ini tempat tinggal dan pertapan dari tokoh Resi, yang tidak diketahui namanya namun kesohor dengan julukan Nyi Ageng Jati Duwur. Dalam prasasti Pararaton ada nama yang disebut Ki Jati Duwur , punya andil dalam pendirian Majapahit.
Menurut penulis skenario drama Mas Hakim, jurnalis senior yang juga kelahiran Desa Jati Duwur ini bahwa cerita yang diangkat adalah folklore namun ada fakta materiil dan jejak fisik ada.
“Ya, semi benar. Karena semua tidak tahu yang pasti. Minimal potensi sejarah itu ada dan bisa digali karena ada bukti fisiknya,” ujar Mas Hakim.
Dalam cerita itu digambarkan bahwa, Raden Wijaya saat dendamnya membara mendengar tentara Mongol, mendarat di Jawa. Dia yang baru saja dihadiahi tanah di Desa Tarik, oleh Raja Jaya Katwang si pembunuh Prabu Kertanegara -Raja Singosari- langsung memanfaatkan situasi.
Lagi-lagi Raden Wijaya menghubungi kawan sejatinya Raja Songenep, Aria Wiraraja. Aria Wiraraja inilah yang menaklukkan hati Jaya Katwang, tidak menghabisi Raden Wijaya, meski menantu Prabu Kertanegara.
Singosari hancur, lalu Jaya Katwang memboyong semua Singosari ke Daha, Kediri. Di saat itulah koalisi Mongol, tentara Songenep (Sumenep), dan pengikut Raden Wijaya bersatu.
Tentara koalisi ini sukses menundukkan Jaya Katwang, Doho, Kediri. Raja dan semua keturunannya ditawan.
“Saat pesta kemenangan itulah, Raden Wijaya memakai topeng pusaka warisan nenek moyangnya menyelinap menemui Ki Jati Duwur, resi zaman Singasari yang sedang bertapa di Beringin,” ujar Mas Hakim.
Di sinilah, Ki Jati Duwur berhasil mengambil Kendi Pertulo. Pusaka berbentuk teko kecil dengan mulut pancuran papak atau pendek sekali ini meski berukuran kecil, tak akan habis diminumkan ribuan pasukan.
Pengikut Raden Wijaya di Desa Tarik, diberi minum. Kala itu ada Nambi, Rongolawe, Sora dan beberapa lainnya seketika sakti. Bisa terbang dan kebal bak burung baja.
“Ribuan pasukan TarTar Mongol dihabisi di Kali Brantas yang kemudian bau anyir, itu lalu dikenal dengan nama Sengeran,” tukas Mas Hakim.