Lebih jauh, kegiatan seperti ini dapat membangun hubungan harmonis dan konstruktif antara mahasiswa lokal dan internasional.
“Mahasiswa dapat pelajaran di luar kelas. Mereka tidak hanya belajar dari materi akademis, tetapi juga dari interaksi langsung dengan budaya lain, membentuk pribadi yang terbuka dan toleran,” tegasnya.
Menurutnya, kebersamaan dan saling berbagi pengalaman sebagai langkah awal penting dalam menciptakan pemahaman budaya yang lebih mendalam di antara mahasiswa dari berbagai latar belakang.
“Ini adalah momen di mana mereka tidak hanya mengenal budaya lain, tetapi juga belajar untuk menghargai perbedaan, yang merupakan esensi dari pendidikan internasional,” ujarnya.
“Kami tidak ingin acara ini hanya menjadi sebuah kegiatan yang terlupakan setelah selesai. Kami berkomitmen untuk terus mengembangkan Brave dan program-program serupa agar dapat terus memberikan manfaat, dan menjadikan Unusa sebagai pusat pertukaran budaya dan akademis yang diakui di tingkat global,” imbuhnya.
Brave adalah strategi jangka panjang Unusa untuk membangun jejaring internasional yang lebih luas.
“Baik di bidang akademis, penelitian, maupun pengembangan sosial. Dan Unusa akan semakin dikenal sebagai institusi yang berperan aktif membangun komunitas global yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dan jadi universitas yang unggul di tingkat internasional,” ujarnya.
Salah satu peserta, Mahasiswa asal Timor Leste, Ribeilizho Carrol Lay Gloria Guterres, mengaku gembira karena dapat ikut serta dalam kegiatan ini.
“Saya sangat senang bisa belajar membuat totebag tie dye, ini adalah pengalaman yang sangat berharga bagi saya. Selain itu, saya juga merasa bahagia bisa bertemu dengan teman-teman dari negara lain dan berbagi cerita serta pengalaman,” tuturnya.
Acara brave ke-4 ini tidak hanya menjadi ajang berbagi budaya dan pengetahuan, namun juga menjadi sarana mempererat tali persaudaraan antar mahasiswa dari berbagai negara.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id
