Tedja berharap Dinas Pendidikan Provinsi Jatim mengkaji secara menyeluruh dan memetakan guru-guru yang memiliki sense of belong, yang bagus dalam mendidik anak.
“Saya tadi sudah merekom untuk ranah pidana, biar PPA menindaklanjuti, kan tadi saya sama PPA dari Polresta juga, karena itu tetap harus dijadikan awalan supaya tidak terjadi lagi di sekolah-sekolah yang lain,” ungkap Tedja.
Terkait hukuman yang diterapkan oknum guru kepada korban, Rg, berupa tamparan seperti MMA hanya gegara terlambat masuk kelas, sangat tidak pas. Soalnya jarak rumah di Lawang ke SMKN 12, cukup jauh.
“Kalau terlambat, semestinya tidak harus diperlakukan seperti itu, masih banyak hukuman disiplin yang lebih mendidik lainnya di dunia pendidikan,” kata Tedja.
Terkait oknum AK yang sudah mengajukan pengunduran diri akibat perbuatannya, tidak serta merta selesai.
“Berarti dia kan mau lari dari tanggung jawab karena ada hal yang harus diperhatikan dan jadi tanggungjawab sekolah bukan hanya gurunya tapi sekolah harus bertanggung jawab, bagaimana ke depan terkait anak dan terkait pelaku kalau saya pikir harus ada efek jera,” tandasnya.
Terkait penyelesaian kekeluargaan yang sudah dilakukan pihak sekolah dan keluarga korban, kata Tedja itu bersifat personal, tapi dari sisi Undang-undang harus ditegakkan.
“Harus ada efek jera dan konsekuensi sebagai pembelajaran, dan kita cuma harus fokus pada bagaimana menangani solusi untuk menyelesaikan masalah ini,” bebernya.
Belum ada sanksi dari Diknas Provinsi Jatim juga jadi keprihatinan, seharusnya Diknas Provinsi memunculkan sikap tegas.
“PPA masih meneruskan, harapan saya pemenangan Undang-undang perlindungan anak tetap dimenangkan, karena Rg tadi juga masih menyimpan rasa luka, tapi kita juga harus kasih semangat Rg, kamu harus terus fight,” pungkasnya.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id
