“Tujuan utamanya untuk menyediakan solusi efektif dan ramah lingkungan dalam pengelolaan sampah, khususnya di lingkungan pondok pesantren yang sering menghadapi kendala dalam pengelolaan limbah rumah tangga,” kata Syafiuddin, yang namanya tercatat sebagai dua persen peneliti top dunia yang dirilis oleh Elsevier dan Stanford University.
Unusa incinerator memiliki keunggulan signifikan dibandingkan dengan incinerator konvensional. Sistem pembakaran dirancang agar tidak mengeluarkan asap, sehingga relatif tidak mencemari lingkungan.
Sampah dibakar secara maksimal di dalam tungku, kemudian asap dilewatkan melalui pipa berisi air untuk menurunkan suhu. Setelah itu, asap disemprot dengan air sehingga semua partikel asap larut dalam air dan ditampung menjadi pupuk cair jika sampah yang dibakar adalah organik.

Syafiuddin menambahkan, pada tahap awal, Unusa Incinerator menargetkan pengelolaan sampah rumah tangga di pesantren.
“Kami terus mengembangkan sistem ini agar dapat digunakan untuk berbagai jenis limbah, termasuk limbah medis,” ungkapnya.
Syafiuddin menjelaskan, keuntungan utama dari penggunaan Unusa incinerator adalah dampak positifnya terhadap lingkungan.
“Dengan tidak mengeluarkan asap, sistem ini membantu mengurangi polusi udara dan memberikan solusi pengelolaan limbah yang lebih bersih,” jelasnya.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id