Yang penting lembaga bisa menyikapi dan memberikan kebijakan yang tepat agar tidak menjadi beban tambahan bagi orang tua siswa.
Yut Sinyo Zempolersth, bahkan teriak. “Hubungane karo bidange opo coba. Sampek wong gak duwe duwek ae dibelani golek utangan. Mergo gak melok gak lulus jare. (Hubungannya antara studi tur dengan kelulusan apa? Sampai orang tidak punya uang mencari hutangan, sebab bisa tidak lulus nantinya,” ujarnya.
Netizen lain, Fraa Fera, menyikapi pernyataan pemilik akun Yut Sinyo Zempolersth, “bener cak di belani utang ngalor ngedol gae bayar gae sangune g di sangoni y mesakno plonga plongo kacane mangan, g mangan. (Benar itu mas, dibela-belain cari hutangan kesana kemari buat bayar dan uang sakunya ya maksa, kalau tidak jelas bingung ada temannya makan dia tidak makan.”
Gilang Stevan, juga setuju pernyataan Yut Sinyo Zempolersth.
“Masokk… gak ada hubungan sama sakali dengan kelulusan.. dari aspek mana berpengaruh dalam kelulusan? masok dalam kurikulum kah? mungkin takut gak sesuai perkiraan anggaran.”
Sementara kata Lina Nana, perlu ditanyakan ke pihak sekolah karena studi tour bukan kurikulum dan syarat kelulusan.
“Paling dikemas, usai studi tour ada laporan dan tugas. Kan biaya lagi,” ujarnya.
Netizen lain, Legenda Katuranggan, meminta Menteri pendidikan tidak diam diri, dan harus menghentikan acara studi tour sekolah ini.
Warganet lain, Eman Jaka, menilai program itu tak efektif dan hanya menghabiskan uang saja.
Pun dengan Minnie Moon. Dia baru sadar saat sudah jadi orangtua jika ada studi tour kurang bermanfaat, dia keberatan.
M Kayatno Z, dan Dyah Ariska AG, setuju studi tour dihapus.
“Itu oknum guru sing kenek paidu sak Indonesia raya. Masio aku guduk guru kok nyesek. Di SD gak ada yg maksa buat tour semacam itu,” ujarnya.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id