“Kita sempat dimintai bukti oleh Herbalife yang dapat menunjukkan Orantji Sofitje tidak melakukan pelanggaran sebagaimana yang dituduhkan, dan kita lampirkan semua bukti yang diminta. Namun pihak Herbalife tetap tak bergeming dengan bukti-bukti yang kami ajukan. Dan tetap membatalkan membership klien kami, seperti tutup mata tidak mau tahu,” ucapnya.
Beryl mengatakan, saat keterangan saksi di pengadilan, kedua saksi dari pihak Orantji mengatakan jika pembatalan member secara sepihak juga menimpa keduanya. Sama seperti apa yang dialami oleh Orantji.
Beryl mengatakan kliennya selalu mencantumkan tulisan not for sale pada produk yang dijual ke konsumen. Artinya, produk tersebut tidak boleh dijual kembali oleh konsumen tersebut.
Sementara hasil temuan Herbalife tidak ada tulisan not for sale, dan barcodenya dipotong-potong. Sehingga sangat berbeda.
“Jika barcodenya rusak, lalu bagaimana cara memastikan produk yang ditemukan di butik Aficha tersebut adalah benar atas ID Orantji,” beber Beryl.
Selain itu juga ada perbedaan bukti, di satu sisi Herbalife mengatakan produk yang ditemukan di butik Aficha tersebut dalam keadaan barcodenya sudah rusak, sementara di sisi yang lain ada bukti video pemindaian produk Herbalife yang justru menunjukkan produk tersebut utuh. Pertanyaannya, apakah produk tersebut dapat berubah bentuk dengan sendirinya? Tanya Beryl.
Dalam perkara serupa, lanjut Beryl, yang menarik ialah pihak Herbalife tak pernah mengalami kekalahan seperti saat ini. Banyak gugatan sama yang memenangkan Herbalife.
“Mungkin ini awal dimana member menang melawan perusahaan,” celotehnya.
Sementara itu, pihak Herbalife melalui kuasa hukumnya sampai berita ini dinaikkan belum memberikan respon saat dihubungi melalui WhatsApp.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id
