Pendidikan

1000 Pelajar SMKN 2 Surabaya Deklarasi Stop Pernikahan Dini

98
×

1000 Pelajar SMKN 2 Surabaya Deklarasi Stop Pernikahan Dini

Sebarkan artikel ini
SMKN 2 Surabaya
Suasana di SMK 2 saat acara sosialisasi

BERITABANGSA.ID, SURABAYA– Sedikitnya 1.000 orang pelajar SMKN 2 Surabaya, menyatakan tekad untuk menolak pernikahan dini.

Mereka pun melakukan deklarasi stop pernikahan dini secara bersama-sama, Senin (27/11/2023).

Kegiatan itu difasilitasi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Timur yang berkolaborasi dengan Pokja Insan Jurnalis Keluarga Berencana (Pijar) Jatim.

Edukasi kepada para pelajar dari SMKN 2 Surabaya, ini BKKBN dan Pijar Jatim mengajak ribuan pelajar bertekad menurunkan prevalensi angka stunting dengan stop pernikahan dini.

Sekretaris BKKBN Jatim, Nyigit Wudi Amini menjelaskan menurut literasi penurunan pernikahan dini bisa menyumbang 30 penurunan stunting.

“Kegiatan ini merupakan salah satu upaya penurunan stunting dari hulu yaitu remaja atau pelajar,” kata Nyigit, di SMKN2 Surabaya, Senin (27/11).

Sementara itu, Ketua Pijar Jatim, Siska Prestiwati Wibisono mengatakan melalui kegiatan BKKBN Go to School dan deklarasi tolak pernikahan dini ini, dapat membantu menurunkan angka stunting lewat pernikahan dini.

“Tentu kita ingin generasi ke depan menjadi generasi yang berkualitas, dan berdaya saing. Jika generasi kita stunting, bagaimana Indonesia ke depan?,” katanya.

BKKBN dan Pijar ini mengajak para pelajar untuk mencari pergaulan yang positif, menghindari kehamilan tak diinginkan dan pernikahan dini.

“Seandainya, orang tua menjodohkan mereka, sehingga mereka berani mengatakan tidak, atau menolak,” katanya.

Kepala Sekolah SMKN 2 Surabaya, Bambang Poerwowidiantoro, mendorong agar anak-anak didiknya bertekad stop pernikahan dini.

“Kita mencegah pernikahan dini karena pernikahan dini akan merugikan mereka,” paparnya.

Dengan kegiatan ini, BKKBN yang mengurusi stunting, maka pihaknya mendorong guru-guru agar ikut mendampingi anak-anak untuk bisa menyerap informasi.

Menurut Calista Nadia Pasha, pelajar SMKN 2 Surabaya, pernikahan dini belum memberikan kematangan usia dan kedewasaan berpikir.

“Berarti mental kita kayak belum (matang). Kalau menikah itu kan beda sama kalau kita diurusi mama ya, kita juga harus urusi orang lain, sehingga kalau kurang dewasa itu, angka perceraian tinggi,” katanya.

>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id

>>> Ikuti saluran whatsapp beritabangsa.id
Example 468x60Example 468x60Example 468x60 Example 468x60