“Air kiriman dari Jombang datang dua hari sekali, itu gak cukup mas. Kalau gak cukup ya nyari di sungai mas, menggali,” ujarnya.
Ia pun menjelaskan bahwa sungai yang ada di desanya, sudah mengering sejak beberapa bulan yang lalu. Sehingga warga harus menggali untuk mendapatkan air bersih.
“Sudah kering sungainya. Sejak bulan 6 kemarin. Ya air dari sini menggali terus dibawa pulang buat mandi 4 orang di rumah,” tuturnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Suaidah (35) warga Dusun Tondowesi, Desa Pojok Klitik. Ia pun mengaku, kekeringan melanda desanya sejak bulan Oktober kemarin.
Kondisi ini, membuat warga di tempatnya, bergantung dari pasokan air bersih yang diberikan pemerintah Kabupaten Jombang.
“Kondisinya kekeringan Mas, sejak awal bulan 10 sampai sekarang. Kadang pasokan air datang dua hari sekali dua tangki, tapi ya gak cukup. Buat masak sama mandi, besoknya sudah gak ada airnya habis, terus nyari di sungai,” kata Suaidah.
Menurut Suaidah air yang ia dapatkan dari kubangan di sungai yang mengering. Akan dipergunakan untuk mencuci dan memasak di dapur rumahnya.
“Di sungai kondisinya sudah kering, ada airnya tapi ya sedikit, gak cukup lah. Ini nyari air buat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, buat masak, kadang buat nyuci baju, kalau ngandalin kiriman gak bisa,” ujarnya.
Saat ditanya apakah ada dampak kesehatan bila memasak air yang mengambil dari kubangan air di sungai, ia mengaku selama ini tidak ada permasalahan kesehatan yang diakibatkan air tersebut.
“Ya gak apa-apa mas, yang penting sudah ada air. Sekali ambil 15 liter Mas, buat masak, terus nyuci piring sudah habis,” tuturnya.