BERITABANGSA.ID- SIDOARJO- Berbicara tentang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sidoarjo tentang besarnya anggaran Makan Minum (Mamin), Perjalanan Dinas (Perdin) yakni 57 Miliar lebih dan anggaran Narasumber yang mencapai 18,8 miliar tentu sangat ironi dan mubadzir.
Anggaran tersebut di atas banyak mendapat kritikan pedas dari masyarakat, diantaranya dari mantan aktivis 98 Badruzzaman yang secara spesifik menyoroti anggaran perjalanan dinas DPRD Sidoarjo. Ia berpendapat saat ini bisa dilihat kinerja DPRD di bidang legislasi yang cenderung lemot dan semakin menurun. Kemampuan Dewan membuat produk undang-undang (Perda) semakin rendah, tentu hal ini tak sebanding dengan anggaran yang dihabiskan anggota dewan.
“Paket anggaran perdin luar kota dan luar negeri hingga mamin anggota DPRD jumlahnya mencapai Rp 57 miliar lebih selama satu tahun. Kita ambil contoh khusus anggaran perdin, dari 16 paket yang bisa dilihat di LPSE, 5 paket perjalanan dinas sangat luar biasa, perdin biasa senilai, Rp. 20 miliar lebih sedangkan perdin paket meeting luar kota mencapai Rp. 6 miliar lebih, selanjutnya perdin biasa-luar negeri Rp. 2 miliar lebih. Tentu hal ini sangat tidak berbanding ketika melihat produk Perda yang dihasilkan anggota dewan,” kata cak sudrab sapaan akrab Badruzzaman kepada Beritabangsa.id, Minggu (20/08/2023).
Badruz menambahkan, Ada beberapa pendapat yang mendasari mengapa masyarakat sensitif menyikapi Perdin atau studi banding anggota DPRD.
Pertama, Perdin dinilai tidak tepat, karena selama ini studi banding anggota DPRD tidak memiliki tujuan yang jelas dan belum tentu mendatangkan manfaat. Selain memboroskan anggaran daerah, efektivitas perdin belum pernah teruji.
“Dalam setiap perdin tidak pernah ada laporan yang disampaikan pada masyarakat, kecuali mungkin oleh-oleh yang dibawa buat keluarganya,” cetusnya menyindir.
