Jawa Timur

Kisah Kakek Tuna Daksa Asal Pamekasan, 30 Tahun Menanti untuk Bisa Berhaji

86
×

Kisah Kakek Tuna Daksa Asal Pamekasan, 30 Tahun Menanti untuk Bisa Berhaji

Sebarkan artikel ini
Marluka Tuna daksa

BERITABANGSA.ID-SURABAYA – Penyelenggaraan ibadah haji tahun ini menjadi momen yang membahagiakan bagi Marlukat.

Betapa tidak. Kakek penyandang tuna daksa itu bisa berangkat haji setelah 30 tahun menanti.

Scroll untuk melihat berita

Yang lebih membahagiakan lagi, kakek Marlukat bisa berangkat ke Tanah Suci bersama sang istri, Mani.

“Berangkat bareng istri,” ujarnya saat ditemui di Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES), jelang keberangkatannya ke Tanah Suci, Kamis (25/5) sore.

Kakek Marlukat dan istri tergabung di kelompok terbang (kloter) 6 dan berangkat ke Tanah Suci pada Kamis (25/5) malam.

Kakek Marlukat bercerita jika untuk bisa berangkat ke Tanah Suci, dirinya sudah menabung selama 30 tahun lebih. Kakek Marlukat dan istri mengadu nasib sebagai pedagang asongan di Ibukota Jakarta. Profesi ini dijalani keduanya selama lebih dari 30 tahun.

Penghasilan sebagai pedagang asongan di Jakarta itulah yang disisihkan Kakek Marlukat dan istri untuk ongkos naik haji.

“Di Jakarta jualan sama istri. 30 tahun lebih di sana. Saya nabung, uang hasil jualan dikumpulkan buat beli sawah di Madura. Kalau nggak dibelikan sawah, sudah habis uangnya,” jelas kakek berusia 87 tahun ini, dalam logat Bahasa Madura.

Dua petak sawah dari kerja kerasnya di Jakarta lantas dijual pada 2015. Di tahun tersebut Kakek Marlukat memutuskan untuk mendaftar haji.

“Daftar haji tahun 2015, saya jual sawahnya. Sawah dari hasil kerja di Jakarta itu,” tukasnya.

Kakek Marlukat masuk dalam daftar penerima kuota khusus haji lansia dari pemerintah karena usianya yang sudah menginjak lebih dari 85 tahun. Dengan adanya kuota khusus ini kakek Marlukat bisa berangkat 10 tahun atau 15 tahun lebih cepat.

Kakek Marlukat merupakan penyandang tuna daksa. Kakek Marlukat terlahir dengan kondisi tanpa telapak kaki serta tangan yang hanya tersisa jari kelingking dan ibu jari.

Meski terlahir sebagai tuna daksa, tak menyurutkan semangat kakek Marlukat menjalani kesehariannya. Termasuk ketika nantinya menjalankan rangkaian kegiatan ibadah haji di Tanah Suci, kakek Marlukat mengaku sudah siap.

“Sudah siap saya,” tegasnya.

Dalam kesehariannya kakek Marlukat terbiasa berjalan tanpa alas kaki mengingat kondisi kakinya yang tanpa telapak kaki. Untuk berjalan, kakek Marlukat bertumpu pada pergelangan kaki.

Namun saat di Tanah Suci nanti kakek Marlukat telah menyiapkan alas kaki khusus, yakni sepasang sepatu merah bertali lengkap dengan kaus kaki.

Ini agar pergelangan kakinya yang selamat ini digunakan sebagai tumpuan berjalan nantinya tak terkelupas karena cuaca panas di Tanah Suci.

“Lebih enaknya enggak pakai alas kaki, tapi di sana kan katanya panas. Ya sudah saya bawa sepatu,” tandasnya.

>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *