BERITABANGSA.COM-MALANG– Para Alumni Padmanaba menggelar bakti sosial di Desa Sitiarjo, berupa pelatihan dan pembinaan membuat eco enzim dan sanitasi pada korban terdampak longsor.
Sebulan pasca banjir bandang dan longsor yang melanda Kabupaten Malang, membuat para alumni Padmanaba tergerak untuk menggelar acara tersebut.
Pelatihan ini dibimbing langsung oleh pakar eco enzim, yang akrab disapa Gung Endah.
Sosialisasi pelatihan ini mendapatkan respon positif dari warga Desa Sitiarjo, terbukti tampak puluhan warga hadir di Balai Desa Sitiarjo.
Gung Endah selaku pembimbing Sebelumnya memberikan teori dan pengertian terkait eco enzim dan sanitasi.
Kemudian ia melanjutkan dengan praktek langsung cara pembuatan eco enzim.
Menurut Gung Endah, proses pembuatan eco enzim terbilang mudah, karena bahan-bahan yang diperlukan ada di sekitar, yaitu dari sampah organik seperti sayur dan buah-buahan.
“Prosesnya pun mudah, sayur dan buah kita potong kecil-kecil sesuai ukuran wadah, selanjutnya dicampur dengan molase agar menghasilkan enzim,” jelasnya.
Dikatakannya, Molase merupakan hasil produk sampingan dalam produksi gula pasir. Tetes tebu atau molase menjadi alternatif yang lebih sehat dibandingkan gula pasir namun harus dikonsumsi dengan bijak.
Adapun proses untuk mendapatkan molase tersebut diawali dengan penghancuran tebu untuk mengambil air perasannya. Air tebu kemudian dipanaskan hingga pada akhirnya menghasilkan kristal gula.
Cairan yang tertinggal setelah kristal gula diambil inilah yang disebut dengan molase atau tetes tebu.
Eco enzim merupakan produk ramah lingkungan yang mudah dibuat oleh siapapun. Pembuatannya hanya membutuhkan air, molase atau tetes tebu sebagai sumber karbon, serta sampah organik sayur dan buah.
Ditambahkannya, eco enzim merupakan hasil dari fermentasi limbah dapur organik, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air dengan perbandingan 3 : 1 : 10.
“Setelah satu bulan kita cek, apakah produk itu bagus atau jelek, pengecekan harus berkala agar hasilnya memuaskan,” terangnya.
Salah satu warga Sitiarjo, Nonik, mengaku senang mengikuti acara ini, karena menurutnya sangat bermanfaat untuk memanfaatkan sesuatu yang dianggap tidak berguna menjadi punya nilai.
“Kami berharap agar acara ini bisa terus berlanjut, karena itu tadi waktunya cuma sebentar,” harapnya.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.com