Pendidikan

6 Mahasiswa Unusa Sabet Juara di 2 Lomba Berbeda

45
×

6 Mahasiswa Unusa Sabet Juara di 2 Lomba Berbeda

Sebarkan artikel ini

BERITABANGSA.COM-SURABAYA- Enam mahasiswa Unusa mendapat gelar juara dari dua kegiatan lomba berbeda. Tiga mahasiswa Unusa atas nama, Dwi Indah Fadhilatul Amanah, Alisyah Azzahra Putri, Anggita Lusiana Dewi meraih juara III lomba Management Administration Great Innovation Competition (MAGIC) National Business Plan Competition di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.

Sedangkan 3 lainnya, Muhammad Fachruddin, Agung Firmansyah dan Azizatur Rofi’ah, meraih juara II, Debat Pendidikan se Jawa Bali di IAIN Madura Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pengembangan Intelektual dan Riset.

Scroll untuk melihat berita

Dwi Indah Fadhilatul Amanah, Alisyah Azzahra Putri, Anggita Lusiana Dewi, ketiganya meraih juara setelah membuat bussiness plan Co-man kepanjangan dari cookies matan.

Matan adalah istilah dari tunanetra. Cokies ini terbuat dari tepung umbi porang.

Di Jepang umbi porang kerap digunakan bahan dasar pembuatan nasi dan mi shiratake yang biasa dipakai diet.

Umbi porang memiliki kadar kalori paling rendah dibanding nasi dan umbi-umbian lainnya, selain itu mengandung banyak zat gizi, utamanya tinggi serat.

“Sehingga saat dijadikan cookies, maka cocok untuk mereka yang sedang program diet tapi tetap ingin nyemil,” ungkap anggota Prodi S1 Gizi Unusa, Dwi Indah Fadhilatul Amanah.

Dwi menambahkan timnya memilih untuk memakai tepung porang karena ingin Indonesia memiliki banyak inovasi pengolahan dari umbi porang.

Selama ini Indonesia hanya mengekspor bahan mentah dari umbi porang.

“Ke depannya ide yang kami cetuskan berupa cookies akan muncul inovasi inovasi baru cara pengolahan umbi porang, sehingga menambah nilai ekonomi dan mampu membantu perekonomian petani porang yang cukup banyak di Jawa Timur,” ungkap Dwi.

Dwi mengungkapkan, kesulitan saat mengolah umbi porang adalah karena termasuk jenis tanaman tahunan, sehingga harus menunggu hingga 1-2 tahun baru bisa dipanen.

“Selain itu harga tepung porang juga cukup mahal dan harganya di pasaran tidak stabil, sehingga mengolahnya menjadi tepung kerjasama dulu dengan petani,” ucap Dwi.

Untuk cookiesnya, per wadah terdapat bentuk coco chip membentuk huruf braille hingga membentuk kata-kata motivasi.

“Kami ingin memberikan kesan untuk penyandang tunanetra mendapatkan motivasi dari kata-kata penyemangat dari setiap membeli Co-Man,” ungkapnya.

Sedangkan 3 mahasiswa lainnya, Muhammad Fachruddin, Agung Firmansyah, dan Azizatur Rofi’ah, meraih juara II debat pendidikan.

“Kami puas dengan hasil ini. Kami senang bisa memberikan trophy dan prestasi untuk kampus, jadi prestasi ini berkat dukungan dari semua orang yang mensuport kami,” jelas Fachruddin.

Fachrudin dan dua temannya mengaku mempersiapkan lomba itu sangat singkat. “Kami cuma bekal yakin yang membuat kami berhasil meraih prestasi tersebut,” ungkapnya.

Ia berharap prestasi ini bisa menjadikan pengalamannya sebagai pelecut semangat bagi mahasiswa lainnya.

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google Beritabangsa.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *